Masakan yang Mengandung Terong |
Orang Jepang tidak bisa hidup tanpa terong. Cobalah tengok di setiap
kulkas mereka. Selalu ada terong (nasu) atau lobak (daikon), demikian
dikatakan Bob Sadino, ikon entrepreneur Indonesia, di Tokyo, kemarin
(24/9).
Saya beruntung mendapat kesempatan diajak
makan siang oleh Om Bob Sadino, yang kebetulan sedang berada di Tokyo.
Kami makan di warung Indonesia dan mencicipi “tumis terong” serta
“terong dabu-dabu”. Di warung itu, Om Bob banyak bercerita dan membagi
ilmunya, tentang terong, wirausaha, dan bagaimana melihat peluang pasar.
Benar sekali apa yang dikatakan oleh Om Bob.
Konsumsi terong di Jepang dalam satu tahun bisa mencapai lebih dari 10
juta kilogram. Orang Jepang mengolah terong menjadi berbagai macam
olahan, mulai dari tempura hingga terong panggang dengan olesan miso
(nasu no shigiyaki).
Dari sekian banyak konsumsi terong di Jepang, sekitar 1 juta kilogramnya dipasok oleh Om Bob dari Indonesia. Hal
itu sudah dilakukan selama 20 tahun. Dan menurut Iyo-san, importir
terong dan sayur-sayuran di Jepang, masyarakat Jepang sangat menyukai
terong dari Om Bob. Konsumsi sayur-sayuran di Jepang terus meningkat
seiring dengan tingginya kesadaran akan kesehatan. Terong, selain bagus
untuk tubuh, juga dipercaya bisa menangkal kanker.
Kedatangan Om Bob Sadino ke Jepang memang bukan hanya soal terong. Ia
diundang khusus oleh Dompet Dhuafa Jepang untuk membagi ilmunya pada
masyarakat Indonesia di Tokyo dalam Training Kewirausahaan bertema
“Sukses di Rantau”. Training diadakan di Sekolah Republik Indonesia
Tokyo (SRIT), Tokyo serta di Okayama, pada tanggal 24 dan 25 September
2011. Training tersebut dipandu oleh rekan Rane Hafied, yang
bekerja di NHK Jepang, dan dihadiri oleh lebih 100 orang mahasiswa dan
pekerja Indonesia di Jepang.
Menurut Om Bob, kunci sukses adalah tidak
mudah menyerah dan jangan takut untuk gagal. “Dengan kegagalan, kita
bisa belajar bagaimana ke depan lebih baik lagi. Jadi, jangan pernah
takut untuk gagal” kata Om Bob.
Bob Sadino |
Di hadapan masyarakat Indonesia di Jepang, Om
Bob yang tampil dengan gaya khas baju kemeja putih kotak-kotak dipadu
celana jins pendek menyampaikan pengalaman hidupnya tentang memulai
sebuah usaha tanpa harus menggunakan modal besar. “Pikiran bahwa memulai
usaha harus mendapat kredit dari bank itu pikiran yang goblok, bank
juga merusak paradigma dengan segala macam proposal kredit”, demikian Om
Bob dengan gaya bicaranya yang ceplas-ceplos.
“Yang penting dalam usaha adalah kemauan dan
berani menerima kegagalan. Semua usaha jenis apa pun akan tetap jalan.
Dan usaha yang paling bertahan lama serta cocok di negara kita adalah
agropreneur,” kata Om Bob yang juga menyebut dirinya sebagai seorang
petani.
“Negara kita ini adalah negara pertanian yang
kaya. Jangan pernah melupakan hal itu”, sambung Om Bob. Kisah ekspor
terong ke Jepang adalah salah satu contoh yang ia bagi pada para
peserta. Masih banyak lagi peluang untuk ekspor ke Jepang, karena
besarnya konsumsi terong dan sayuran di Jepang.
Om Bob bercerita bahwa kreatifitas dan
inovasi sangat diperlukan di bidang agrobisnis. Ia yang pertama
memperkenalkan telor ayam negeri, ayam broiler, kacang edamame, jagung
manis, dan tanaman hidroponik di Indonesia. Awalnya tidak ada pasarnya,
tapi ia menciptakan pasar. Dan begitulah cara berpikir wirausaha
sebenarnya.
“Sumber daya alam terbentang luas. kita
bersyukur Indonesia alamnya subur dan kaya, tapi SDM Indonesia yang
kurang mampu memanfaatkannya. Jarang sekali orang Indonesia yang mau
menjadi petani”, sambung Om Bob lagi.
Om Bob mengatakan, peluang bisnis pertanian
cukup besar, tidak hanya pasar internasional saja, tetapi pasar dalam
negeri Indonesia juga sangat menjanjikan untuk perkembangan bisnis
pertanian tersebut.
Bersama Om Bob Sadino, tampil pula pengusaha
sukses Indonesia, Zainal Abidin yang juga dikenal dengan julukan Jay
Teroris. Dalam pemaparannya, Jay membangkitkan semangat masyarakat
Indonesia melalui bukunya “Monyet Aja Bisa Cari Duit”. Ini adalah buku
tentang pengalaman Jay dalam memulai berbagai usahanya, dari bawah
hingga sukses seperti saat ini.
Duet Om Bob Sadino dan Jay Teroris mampu
membangkitkan semangat masyarakat Indonesia di Tokyo. Om Bob Sadino
terkenal dengan gaya bicaranya yang unik, nyeleneh, jungkir balik, dan
tidak bisa ditebak. Ia mencoba menggedor dan meruntuhkan pemikiran kita
yang selama ini nyaman dan terperangkap dalam teori-teori sekolahan. Om
Bob mengingatkan bahwa hidup ini tidak linear melainkan lateral. Kita
juga kerap terbelenggu oleh pikiran-pikiran kita sendiri sehingga takut
untuk memulai sesuatu.
Kembali ke soal pertanian, Om Bob
berulangkali mengingatkan bahwa kekuatan bangsa ini adalah di pertanian.
Tapi, mengapa orang Indonesia, terutama orang pintarnya, enggan menjadi
petani?
Ia-pun mengajukan satu pertanyaan menggugah,
“Mengapa kalau kita sekolah kedokteran, lulus menjadi dokter. Kalau
sekolah militer, lulus jadi militer. Tapi mengapa kalau sekolah
pertanian, lulusnya tidak jadi petani?”
Pertanyaan Om Bob itu mengajak kita merenung,
adakah yang salah dengan konsep pembangunan dan pendidikan pertanian
kita. Mengapa tidak banyak anak muda yang punya cita-cita ingin menjadi
petani. Pertanyaan itu juga mungkin bisa menjelaskan, mengapa pertanian
di Indonesia masih jauh tertinggal dari negara lain, seperti Jepang dan
Thailand.
Siang itu, sayapun teringat dengan
kawan-kawan yang peduli pertanian. Ada pak Syamsul Asinar,
petani Cijapun, yang sedang belajar bertani di Jepang. Ada mas Imansyah
Rukka, yang peduli pada pertanian di negeri ini. Dan masih banyak lagi
lainnya. Mereka tidak hanya bicara soal pertanian, tapi juga memilih
menjadi petani.
Sumber : http://bisnisonlinesnews.blogspot.com/2011/09/ternyata-terongnya-om-bob-sadino.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar