Universitas Indonesia berencana membangun perpustakaan terindah dan mungkin juga terbesar sedunia. Apa tujuannya dan mengapa perlu Indonesia membangun perpustakaan ini? Ikuti penjelasan Luki Wijayanti, kepala perpustakaan UI Jakarta.Pada hari Senin (1/06) dilakukan pemancangan tiang pertama pembangunan gedung perpustakaan UI, bertempat di kampus UI Depok. Acara tersebut dihadiri oleh Rektor UI Prof. Dr. der. Soz. Drs. Gumilar Rusliwa Somantri, para Wakil Rektor, Ketua Majelis Wali Amanat (MWA) UI dr. Purnomo Prawiro, Ketua Senat Akademik Universitas Prof. Dr. Ir. Mohammad Nasikin, M.Eng, dan para Dekan UI. Turut hadir para mitra kerja UI diantaranya: Direktur Utama PT Waskita Karya Ir. M. Choliq, MM sebagai kontraktor pembangunan gedung perpustakaan dan Direktur BNI Krishna Suparto sebagai salah satu penyumbang dana terbesar. Dalam kesempatan tersebut, Ketua Ikatan Lulusan Alumni (ILUNI) UI yang juga menjabat sebagai Menteri BUMN Dr. Sofyan A. Djalil, SH, MA, MAL turut memberikan ucapan selamat atas pemancangan tiang pertama gedung perpusatakaan UI melalui sambungan telepon yang disampaikan saat Rektor UI memberikan sambutan
Berikut ini potongan perbincangan antara
Luki Wijayanti dengan
Radio Nederland WereldomroepLuki Wijayanti [LW]: "UI ingin membangun suatu fasilitas publik untuk seluruh akademisi, baik di dalam UI maupun di luar UI. Jadi kita memerlukan suatu tempat yang luas terintegrasi di mana semua fasilitas dan terutama koleksi dari berbagai bidang ilmu, itu ada di dalamnya."
"Kalau sementara ini setiap bidang ilmu yang specific collection adanya di fakultas-fakultas. Kita inginkan bahwa semuanya ada di dalam suatu building supaya terjadi integrasi antar ilmu. Atau kalau orang mau belajar berbagai bidang ilmu, koleksinya semuanya ada di situ."
Radio Nederland Wereldomroep [RNW]:
"Jadi ini sebenarnya hanya untuk lingkungan universitas saja?"LW: "Tidak. Jadi yang penting adalah untuk pembelajaran. Pembelajaran itu kan tidak harus selalu berhubungan dengan ilmu. Karena di situ kita juga akan sediakan cineplex. Akan kita sediakan fasilitas-fasilitas seperti misalnya panggung, ada galeri kemudian ada sportscenter."
RNW:
"Jadi rakyat biasa bisa juga menggunakan fasilitas ini?"LW:
"O ya. Sekarang UI juga sudah terbuka untuk umum. Jadi mungkin satu-satunya perguruan tinggi yang buka pada hari Minggu. Kami pada hari Minggu buka karena memang kami memfasilitasi masyarakat di lingkungan UI ataupun di luar UI yang ingin memanfaatkan perpustakaan UI. Sabtu-Minggu kami memang mau yang di luar UI yang datang."Juga pakar pendidikan Sumantri dari Universitas Negeri Jakarta menyambut hangat inisiatif ini:
Sumantri: "Saya menanggapi sangat positif, sangat mendukung. Saya melihatnya sebagai suatu peluang besar. Perpustakaan itu menjadi salah satu pengharapan utama sebagai lembaga keilmuan. Perpustakaan seharusnya menjadi perhatian utama dan pertama dari sebuah perpustakaan."
RNW:
"Apakah Indonesia perlu perpustakaan ini?"Sumantri: "Untuk Indonesia pencitraan bahwa Indonesia mampu, Indonesia juga bisa berbuat yang terbaik, kenapa tidak?"
RNW:
"Menurut anda, apakah realistis pembangunan perpustakaan ini?"Sumantri: "Saya memang mempertanyakan, melihat memang secara pembuktian apalagi dibangun untuk tingkat Asia. Namun melihat misi dan kapasitas UI yang makin hari makin berkembang, itu saya pikir melihat peringkat UI yang makin ini lalu obsesinya dan visi misi lembaga UI, saya memiliki optimismelah, sekitar 60-70 persen."
RNW:
"Pembangunan perpustakaan ini bagi Indonesia apa nilai tambahnya?"Sumantri: "Nilai tambahnya bagi kami UI adalah Indonesia. Indonesia adalah UI. Artinya kalau salah satu perguruan tinggi, salah satu dari kami ada yang dapat diperhitungkan oleh dunia luar, itu harus menjadi kebanggaan kami juga sebagai rakyat Indonesia."
Demikian Sumantri, pakar pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta. Sementara itu dari 27 Juni sampai 5 Juli mendatang, Ikatan Penerbit Indonesia IKAPI menggelar Pesta Buku di Istora Gelora Bung Karno. Menurut Gita Rhomadona, editor penerbit buku Gagas dan alumni UI, Pesta Buku lebih lebih bermanfaat ketimbang pembangunan perpustakaan UI.
Gita Rhomadona [GR]: "Terkesan agak muluk dan langkahnya terlalu lebar menurut saya. Harusnya yang dimajukan lebih dulu adalah minat baca dan menghargai buku di kalangan mahasiswa dan para pendidik. Misalnya saja di perpustakaan sastra UI, buku-bukunya itu masih belum upgrade."
"Saya bilang muluk karena di masing-masing fakultas saja, buku-buku itu lama sekali updatenya. Para dosen itu tidak selalu update. Kita selalu mencari buku dan selalu susah menemukannya. Itu sebuah langkah besar. Sayangnya saya pesimis dengan itu semua."
RNW:
"Pesimis tapi di lain pihak juga optimis nggak?"GR: "Ya di lain pihak sangat senang karena saya berharap banyak kalau ini berjalan sesuai rencana dan sesuai dengan apa yang digembar-gemborkan akan sangat bagus. Tapi kalau hanya untuk sebuah proyek yang akhirnya terbengkalai lagi, sayang sekali."
Ini gambar2 nya..
Adem Bener Gan, Area tanpa kendaraan bermotor. pengunjung diwajibkan berjalan kaki ato naek sepera kalo mo ke perpus
Dinding luar Menggunakan batu andesit dan kaca yg disusun sedemikian rupa hingga terkesan unik
Sumber : kaskus.us