5 Posting Terbaru

Jumat, 28 November 2008

Save Babakan Siliwangi Petition

Sampurasun, pada hari Senin 22 September 2008 pukul 22:55 jumlah petisi telah mencapai 4000 pengisi, suatu hal yang luar biasa, mengingat petisi ini baru dibuat 12 hari sebelumya (pada hari Rabu 10 September 2008 pukul 23:12). Bisa dibilang ini adalah sebuah pencapaian yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya, bahkan dalam lingkup pengguna internet dari Indonesia. Dampak nyata yang telah terlihat adalah penyebaran "awareness" atau penyadaran publik lintas lokasi, komunitas, profesi, kota, regional, nasional dan internasional dalam media internet.

Save Babakan Siliwangi Petition


Petisi ini akan terus dibuka sampai pada saatnya sudah dirasa cukup. Sementara, 4000 isian yang telah ada ini akan segera di print (tanpa menyertakan alamat email pengisi karena menyangkut privasi) dan di lampirkan pada dokumen-dokumen yang akan di manfaatkan oleh teman-teman dari Masyarakat Peduli Babakan Siliwangi dan komunitas serta aktivis terkait untuk membantu dalam perjuangan mempertahankan kondisi Babakan Siliwangi. Hatur Nuhun -RK

To: Pejabat Pemerintah Kota Bandung dan Pengusaha Developer terkait

1. Bandung adalah milik bersama. Oleh karena itu setiap warga Bandung berhak untuk ikut berpartisipasi dalam menentukan masa depan kotanya.

2. Pemerintah kota mengemban amanah agar membawa Bandung menjadi kota yang memiliki tingkat kenyamanan berhuni, sosial dan ekologis yang sangat tinggi.

3. Sebagai salah satu syarat untuk mencapai tingkat kenyamanan berhuni adalah disediakannya ruang terbuka hijau yang tidak saja berfungsi sebagai paru-paru kota, tapi juga untuk kepentingan sosial warga kota dalam berkehidupan sehari-hari.

4. Pemerintah kota Bandung harus mampu mencapai target ruang terbuka hijau sebesar 30 persen dari luas total kota. Oleh karena itu Babakan Siliwangi sebagai bagian dari sistem ruang terbuka hijau Bandung harus dipertahankan keberadaannya.

5. Menolak komersialisasi Babakan Siliwangi.

Sincerely,


Kamis, 27 November 2008

Pendidikan Seks Harusnya Dimulai dari Keluarga


Masalah seksual masih tabu untuk dibicarakan, baik dalam keluarga maupun di luar lingkungan keluarga, sehingga banyak informasi keliru tentang pengetahuan seksual. Hal ini perlu segera dibenahi melalui pendidikan seksual sesuai usia dan pendidikan.

"Informasi mengenai seks banyak didapatkan dari media cetak dan elektronik yang sangat mudah diakses oleh anak-anak dan remaja, " kata ahli penyakit kulit dan kelamin dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Sjaiful Fahmi Daili, Selasa ( 25/11), di Jakarta.

Agar tidak memperoleh informasi keliru mengenai pengetahuan seksual, lanjut Sjaiful, materi pendidikan seksual seharusnya diperkenalkan dalam keluarga dan di luar lingkungan keluarga terutama di sekolah. Karena sebagian masyarakat masi h tabu berbicara mengenai seksual, banyak anak perempuan kebingungan ketika pertama kali mendapat menstruasi, ujarnya.

Pemberian pendidikan seksual bukan berarti membuka peluang untuk perilaku seks bebas, melainkan lebih menekankan mengenai perbedaan lelaki dan perempuan secara seksual, kapan terjadi pembuahan, apa dampaknya jika berperilaku seks tanpa dilandasi tanggung jawab termasuk risiko terkena infeksi menular seksual, kata Sjaiful.

Berbagai jenis infeksi menular seksual pada perempuan dan laki-laki dapat menyebabkan infeksi saluran reproduksi atau ISR dan komplikasi yang berlanjut. Hal ini terutama karena keterlambatan diagnosis dan penanganan yang tidak tepat. Apalagi, beberapa jenis infeksi menular seksual pada wanita tidak menimbulkan gejala khas, ujarnya.

Sjaiful menjelaskan, ditinjau dari segi usia ternyata pasien IMS yang paling menderita adalah kelompok usia muda, karena perilaku dan kondisi biologisnya yang belum matang. Perhatian khusus harus diberikan kepada kelompok ini, khususnya para remaja yang selama ini terabaikan. Salah satunya, dengan mengenalkan pendidikan seksual disesuaikan umur dan pendidikan, kata dia.



Uang Kuno Temuan Rohimin Peninggalan Majapahit


SIDOARJO, SENIN - Departemen Kebudayaan dan Pariwisata melalui Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) Trowulan Wilayah Kerja Provinsi Jawa Timur, menyatakan bahwa uang kuno yang ditemukan Rohimin (57), warga Dusun Kepatihan, Desa Kepatihan, Kecamatan Tulangan, Sidoarjo, merupakan uang peninggalan Kerajaan Majapahit.

Hal itu dikatakan Muhammad Ikhwan, staf Balai Peninggalan Purbakala Trowulan Wilayah Kerja Provinsi Jawa Timur, saat berkunjung ke lokasi ditemukannya uang kuno itu, Senin (24/11) di Sidoarjo. Menurut Ikhwan, kepingan uang logam yang berhuruf China itu merupakan bukti sejarah bahwa Majapahit telah memiliki hubungan dengan bangsa China.

"Uang tersebut merupakan alat pembayaran yang sah di jaman Majapahit. Diakui memang jika saat itu Majapahit memiliki hubungan dagang yang kuat dengan bangsa China," jelas Ikhwan.

Setelah dihitung, uang kuno temuan Rohimin tersebut berjumlah 10.388 keping. Uang logam yang terbuat dari bahan perunggu itu memiliki berat keseluruhan sekitar 40 kilogram. BP3 Trowulan Wilayah Kerja Provinsi Jawa Timur membawa kepingan uang kuno itu untuk dibersihkan dan diteliti lebih jauh.(kompas.com)

Pelataran Persembahan Jaman Majapahit Ditemukan


BLORA, Balai Arkeologi atau Balar Yogyakarta yang mengeksplorasi situs-situs di Pegunungan Kendeng Selatan di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, menemukan pelataran persembahan yang diperkirakan berasal dari zaman akhir kejayaan Kerajaan Majapahit. Lokasi penemuan itu berada di Dukuh Nglaren, Desa Sentono, Kecamatan Kradenan.

Pelataran itu berada di bukit karst (kapur) di atas belokan Sungai Bengawan Solo. Di sekitar pelataran itu terdapat tumpukan batu bata dan sejumlah batu andesit yang berserak. Arkeolog Balar Yogyakarta, Gunadi, Rabu (19/11) di Blora, mengatakan Balar baru menggali sebagian pelataran itu dan menemukan tumpukan batu yang membentuk anak tangga. Batu itu terdiri dari batu andesit atau batu gunung berapi dan bata yang besarnya sekitar satu setengah kali besar batu bata biasa. "Batu-batu itu disusun di atas lantai batu karst yang sudah diratakan," kata dia.

Gunadi mengemukakan perpaduan tiga batu itu menunjukkan semakin pesatnya peradaban dan pencampuran budaya Hindu-Buddha. Perpaduan batu itu menunjukkan juga pengaruh kerajaan yang mendirikan pelataran itu sangat luas. Pengaruh itu tampak dari penggunaan batu andesit yang tidak mungkin berasal dan didapat di Blora, melainkan diimpor dari daerah yang ada gunung apinya. Hal itu mengingat daerah Blora merupakan daerah karst.

"Kami masih akan melanjutkan penelitian dan penggalian lagi. Selain itu, kami akan menggandeng sejumlah ahli lain untuk menentukan tahun dan zaman asal bangunan itu," kata dia.(Kompas.com)



Isu Kiamat Tahun 2012 yang Meresahkan


Di internet saat ini tengah dibanjiri tulisan yang membahas prediksi suku Maya yang pernah hidup di selatan Meksiko atau Guatemala tentang kiamat yang bakal terjadi pada 21 Desember 2012.

Pada manuskrip peninggalan suku yang dikenal menguasai ilmu falak dan sistem penanggalan ini, disebutkan pada tanggal di atas akan muncul gelombang galaksi yang besar sehingga mengakibatkan terhentinya semua kegiatan di muka Bumi ini.

Di luar ramalan suku Maya yang belum diketahui dasar perhitungannya, menurut Deputi Bidang Sains Pengkajian dan Informasi Kedirgantaraan, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), Bambang S Tedjasukmana, fenomena yang dapat diprakirakan kemunculannya pada sekitar tahun 2011-2012 adalah badai Matahari. Prediksi ini berdasarkan pemantauan pusat pemantau cuaca antariksa di beberapa negara sejak tahun 1960-an dan di Indonesia oleh Lapan sejak tahun 1975.

Dijelaskan, Sri Kaloka, Kepala Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan, badai Matahari terjadi ketika muncul flare dan Coronal Mass Ejection (CME). Flare adalah ledakan besar di atmosfer Matahari yang dayanya setara dengan 66 juta kali ledakan bom atom Hiroshima. Adapun CME merupakan ledakan sangat besar yang menyebabkan lontaran partikel berkecepatan 400 kilometer per detik.

Gangguan cuaca Matahari ini dapat memengaruhi kondisi muatan antariksa hingga memengaruhi magnet Bumi, selanjutnya berdampak pada sistem kelistrikan, transportasi yang mengandalkan satelit navigasi global positioning system (GPS) dan sistem komunikasi yang menggunakan satelit komunikasi dan gelombang frekuensi tinggi (HF), serta dapat membahayakan kehidupan atau kesehatan manusia. ”Karena gangguan magnet Bumi, pengguna alat pacu jantung dapat mengalami gangguan yang berarti,” ujar Sri.

Langkah antisipatif

Dari Matahari, miliaran partikel elektron sampai ke lapisan ionosfer Bumi dalam waktu empat hari, jelas Jiyo Harjosuwito, Kepala Kelompok Peneliti Ionosfer dan Propagasi Gelombang Radio. Dampak dari serbuan partikel elektron itu di kutub magnet Bumi berlangsung selama beberapa hari. Selama waktu itu dapat dilakukan langkah antisipatif untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan.

Mengantisipasi munculnya badai antariksa itu, lanjut Bambang, Lapan tengah membangun pusat sistem pemantau cuaca antariksa terpadu di Pusat Pemanfaatan Sains Antariksa Lapan Bandung. Obyek yang dipantau antara lain lapisan ionosfer dan geomagnetik, serta gelombang radio. Sistem ini akan beroperasi penuh pada Januari 2009 mendatang.

Langkah antisipatif yang telah dilakukan Lapan adalah menghubungi pihak-pihak yang mungkin akan terkena dampak dari munculnya badai antariksa, yaitu Dephankam, TNI, Dephub, PLN, dan Depkominfo, serta pemerintah daerah. Saat ini pelatihan bagi aparat pemda yang mengoperasikan radio HF telah dilakukan sejak lama, kini telah ada sekitar 500 orang yang terlatih menghadapi gangguan sinyal radio.

Bambang mengimbau PLN agar melakukan langkah antisipatif dengan melakukan pemadaman sistem kelistrikan agar tidak terjadi dampak yang lebih buruk. Untuk itu, sosialisasi harus dilakukan pada masyarakat bila langkah itu akan diambil.

Selain itu, penerbangan dan pelayaran yang mengandalkan satelit GPS sebagai sistem navigasi hendaknya menggunakan sistem manual ketika badai antariksa terjadi, dalam memandu tinggal landas atau pendaratan pesawat terbang.

Perubahan densitas elektron akibat cuaca antariksa, jelas peneliti dari PPSA Lapan, Effendi, dapat mengubah kecepatan gelombang radio ketika melewati ionosfer sehingga menimbulkan delai propagasi pada sinyal GPS.

Perubahan ini mengakibatkan penyimpangan pada penentuan jarak dan posisi. Selain itu, komponen mikroelektronika pada satelit navigasi dan komunikasi akan mengalami kerusakan sehingga mengalami percepatan masa pakai, sehingga bisa tak berfungsi lagi.

Saat ini Lapan telah mengembangkan pemodelan perencanaan penggunaan frekuensi untuk menghadapi gangguan tersebut untuk komunikasi radio HF. ”Saat ini tengah dipersiapkan pemodelan yang sama untuk bidang navigasi,” tutur Bambang. (Kompas.com)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Topik Populer Bulan ini