SEKITAR 20 tahun lalu, kediaman mantan pejabat eselon II Direktorat Jenderal Pajak, Bahasyim Assifie, di kawasan Kalibata, Jakarta Selatan, sudah berdiri megah. Rumah megah Bahasyim menyimpan kisah yang kini menjadi perbincangan.
Dulu, kisah ini hanya dianggap sebagai perkataan anak-anak yang masih polos dan belum tentu mengandung kebenaran. Namun, mengingat tudingan terhadap Bahasyim saat ini, cerita tersebut dipercaya benar adanya.
“Dulu, ada tetangga Bahasyim sepantaran dengan salah satu anaknya bilang bahwa mereka menari-nari di atas tumpukan uang di salah satu ruangan di rumah itu,” ungkap Tigor, seorang tetangga Bahasyim, di kawasan Kalibata, Senin (12/4/2010).
“Dia juga bilang bahwa di rumah itu ada satu kamar yang tidak boleh dimasuki,” lanjutnya.
Beki, seorang tetangga lainnya, menyebutkan, awalnya Bahasyim hanya tampak mengendarai sebuah motor Honda Astrea 800. Perlahan, kekayaannya bertambah dan dia bisa memiliki kendaraan roda empat.
“Kalau enggak salah dulu ada jeep jangkrik dan Toyota Crown. Dulu hartanya cuma segitu saja. Tapi sekarang, seperti yang bisa dilihat, mobilnya banyak. Ada juga motor Harley Davidson,” ujarnya saat ditemui di pangkalan ojek, tidak jauh dari kediaman Bahasyim, Selasa (13/4/2010).
“Saya tahu persis karena saya diminta untuk mengangkut puluhan pipa paralon besar-besar dengan jeep jangkring punya dia,” ujarnya ditemui di kediamannya yang dua rumah dari kediaman Bahasyim.
“Tapi, karena dasarnya pelit, mobil kecil begitu dijejelin puluhan pipa paralon. Saya juga dikasih seadanya waktu bantuin bawa paralon dari Pasar Kenari, Jakarta Pusat, ke sini,” ujarnya.
Samin, pemuka agama di kawasan itu, punya pengalaman lain berhubungan dengan sifat pelit pegawai Ditjen Pajak yang mengawali karier dengan posisi pegawai honorer itu. Di suatu pagi, Samin terkejut didatangi Bahasyim. Soalnya, selama ini sangat jarang Bahasyim berkunjung ke rumah tetangganya. Bahkan, sekadar menegur tetangga yang berpapasan pun, Bahasyim hampir tidak pernah.
“Dia minta bantuan saya untuk mengusir jin yang sering mengganggu para pekerja yang membangun rumahnya di Bekasi. Katanya, para pekerjanya sering dipindahin sama jin yang ada di sana,” beber Samin.
Dirinya diminta bantuan karena Bahasyim pernah menyaksikan dia mengobati salah seorang warga yang kesurupan. Karena ingin menolong sesama tetangga, Samin pun menyanggupi permintaan Bahasyim.
“Sebelum sampai rumah di Bekasi, saya diajak makan dulu. Setelah itu baru saya kerjain rumah yang katanya dibangun dengan dana Rp 1 miliar itu. Pas udah selesai, saya hanya dikasih uang Rp 75.000,” pungkasnya.
Sumber : kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar