5 Posting Terbaru

Kamis, 29 Mei 2008

Masyarakat Menyebutnya Kompor SBY


Faisal (28), warga Kampung Bojong, Kelurahan Nagri Tengah, Kecamatan/Kabupaten Purwakarta, Rabu (28/5), bergegas menyiapkan seperangkat alat kerjanya. Ada sebuah drum besar, dua potongan pipa pralon berbeda ukuran, dan sekarung serbuk limbah gergaji.

Lelaki asal Wiradesa, Pekalongan, Jawa Tengah, itu tengah menyiapkan perlengkapan untuk merebus kedelai sebagai bahan baku tempe. Sejak awal bulan ini, dia beralih menggunakan serbuk gergaji, bukan lagi minyak tanah atau kayu bakar untuk memasak kedelai. "Kami menyebutnya kompor SBY. Karena model memasak menggunakan kompor seperti ini mulai ada di sini sejak Presiden SBY menaikkan harga BBM 2005 lalu," ujar Nurjayadi (26), tetangga Faisal yang juga tengah bertandang.

Apa yang disebut kompor oleh Faisal dan Nurjayadi sebenarnya lebih tepat disebut tungku. Karena bentuknya permanen, terbuat dari kombinasi bata-semen-pasir. Diameter luar tungku itu sebangun dengan diameter dasar drum, atau selisih 10 sentimeter dari diameter bagian dalamnya.

Di salah satu sisi tungku terdapat lubang seukuran 3 inci (7,5 cm). Pada lubang itulah Faisal memasukkan satu potongan paralon, satu potongan lainnya yang berukuran 4 inci ditata berdiri di tengah tungku. Lalu dimasukkannya serbuk gergaji ke tungku itu sembari diinjak untuk memadatkan.

Setelah dirasa cukup padat, ditariknya kedua pralon beda ukuran itu, sehingga menyisakan dua rongga pada tumpukan serbuk gergaji yang berada di tungku tersebut. Faisal pun memasukkan kertas pada rongga di tengah tungku lalu membakarnya dengan korek api untuk menyalakan apa yang disebutnya Kompor SBY itu.

Faisal mempraktikkan cara memasak menggunakan serbuk gergaji setelah harga minyak tanah kian tak terjangkau. dan, harga kayu bakar juga ikut-ikutan naik. Kini harga minyak tanah Rp 3.150 - Rp 3.200 per liter di tingkat pangkalan. Jika membelinya secara eceran, dia bisa kena harga Rp 4.000 per liter.

Belum genap sebulan mempraktikkan cara memasak seperti itu, Faisal sudah merasakan bagaimana caranya berhemat. Pengeluarannya untuk sekadar memasak kedelai sudah bisa ditekan hingga lebih 60 persen. Dia membandingkan, untuk memasak 40 kilogram kedelai dengan kompor minyak tanah dia harus mengeluarkan uang Rp 20.000, dan jika menggunakan kayu bakar habis Rp 14.000 sekali masak.

Namun dengan menggunakan serbuk gergaji, dia cukup menghabiskan setengah karung ukuran 50 kilogram. Padahal, harga serbuk gergaji per karung ukuran 50 kilogram antara Rp 5.000 - Rp 6.000. "Waktu masaknya juga lebih cepat. Kalau menggunakan minyak tanah butuh waktu sekitar 2,5 jam, sekarang dengan serbuk gergaji ini cukup 2 jam," tutur Faisal.

Banyak peminat

Kurnia (44), sang pemasok serbuk gergaji, menyebut harga serbuk gergaji itu tergantung lokasi pengiriman. Kalau hanya beli serbuk gergajinya saja cukup Rp 5.000 sekarung. Kalau plus karungnya tambah Rp 1.000, jadi Rp 6.000. "Sekarang ini sudah banyak yang menggunakan serbuk gergaji begini. Ada yang sekadar untuk keperluan rumah tangga, ada pula untuk usaha kecil," ungkapnya.

Warga Kampung Baru RT 04/01 Kelurahan Nagri Tengah, Kecamatan/Kabupaten Purwakarta, itu kini mampu menjual 50 karung ukuran 50 kilogram dalam dua minggu. Tak kurang dari 30 orang yang rutin mengharapkan pasokannya.

Untuk keperluan rumah tangga, ukuran kompor tersebut menyesuaikan dengan kebutuhan. Nurjayadi, salah satu pengguna serbuk gergaji untuk keperluan rumah tangga, hanya menghabiskan satu karung ukuran 50 kilogram selama 10 hari. Itu artinya, pengeluaran untuk pembelian bahan bakar hanya Rp 500 per hari. "Benar-benar irit," katanya. Mau mencoba? (Kompas.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Topik Populer Bulan ini