5 Posting Terbaru

Rabu, 21 Mei 2008

Selamat Jalan Bang Ali Sadikin


Jenazah mantan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin akan dikebumikan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Jakarta Selatan dengan upacara militer. Upacara rencananya dipimpin langsung oleh Wakil Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana Madya Didik Heru Purnomo.

"Berdasarkan hasil rapat dengan pihak keluarga maka besok (Rabu 21/5) sore jenazah akan dikebumikan di Tanah Kusir dengan Irup Bapak Wakasal," kata Kepala Dinas Penerangan Mabes TNI AL Laksamana Pertama Iskandar Sitompol di Jakarta, Selasa (20/5) malam.

Ia mengatakan jenazah direncanakan tiba di Indonesia, Rabu sekitar pukul 07.30 WIB dengan menggunakan pesawat Garuda nomor penerbangan 823 dari Singapura. Setibanya di tanah air, jenazah akan disemayamkan terlebih dahulu di rumah duka Jalan Borobudur No 1 Jakarta Pusat.

--

Ali Sadikin yang lahir di Sumedang, Jawa Barat pada 7 Juli 1927 adalah seorang letnan jenderal KKO-AL (Korps Komando Angkatan Laut) yang ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi gubernur Jakarta pada tahun 1966. Presiden Soekarno beralasan Ali Sadikin keras kepala. Sebelumnya, Ali Sadikin pernah menjabat sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut, Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja, Menteri Koordinator Kompartemen Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora dan Kabinet Dwikora yang disempurnakan di bawah pimpinan Presiden Soekarno.

Ali Sadikin berhasil sebagai pemimpin justru karena pembawaannya yang keras itu. Namun Ali Sadikin menjadi gubernur (1966-1977) yang sangat merakyat dan dicintai rakyatnya. Karena itu ia disapa akrab oleh penduduk kota Jakarta dengan panggilan Bang Ali sementara istrinya, Nani Sadikin, seorang dokter gigi, disapa Mpok Nani.

Letnan Jenderal TNI KKO AL (Purn) H Ali Sadikin (Bang Ali) menerima tanda kehormatan Bintang Mahaputera Adipradana karena dinilai berjasa luar biasa terhadap negara dan bangsa, khususnya mengembangkan Kota Jakarta sebagai Kota Metropolitan. Presiden Soekarno mengangkat putera bangsa kelahiran Sumedang, 7 Juli 1927 ini sebagai Gubernur Jakarta lantaran dianggap kopig alias keras kepala. Dia berhasil sebagai pemimpin justru karena pembawaannya yang keras itu.

Dianugerahi Medali Guru Bangsa

Pada 9 Mei 2005, Ali Sadikin dianugerahi medali dan penghargaan sebagai guru bangsa oleh Yayasan Ikatan Alumni Institut Kesenian Jakarta (YIA-IKJ) dalam acara "Terima Kasih Bang Ali" di Graha Bakti Budaya (GBB) Taman Ismail Marzuki (TIM) Cikini, 9/5/2005. Dia dinilai sangat berjasa dalam memelopori pembangun Jakarta menjadi kota megapolitan serta mendirikan Institut Kesenian Jakarta (IKJ).

Anugerah Cipta Utama

Selain itu, Ali Sadikin menjadi orang pertama penerima "Anugerah Cipta Utama" dari Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Sabtu (24/8/2002). Penghargaan itu diberikan karena keputusan Ali Sadikin ketika menjabat Gubernur DKI Jakarta mendirikan Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki (PKJ-TIM) tahun 1968, dinilai oleh DKJ sebagai keputusan yang luar biasa, dan menjadi sebuah monumen besar.

--

Ali Sadikin adalah gubernur yang sangat berjasa dalam mengembangkan Jakarta menjadi sebuah kota metropolitan yang modern. Di bawah kepemimpinannya Jakarta mengalami banyak perubahan karena proyek-proyek pembangunan buah pikiran Bang Ali, seperti Taman Ismail Marzuki, Kebun Binatang Ragunan, Proyek Senen, Taman Impian Jaya Ancol, Taman Ria Monas, Taman Ria Remaja, kota satelit Pluit di Jakarta Utara, pelestarian budaya Betawi di kawasan Condet, dll.

Bang Ali juga mencetuskan pesta rakyat setiap tahun pada hari jadi kota Jakarta, 22 Juni. Bersamaan dengan itu berbagai aspek budaya Betawi dihidupkan kembali, seperti kerak telor, ondel-ondel, lenong dan topeng Betawi, dsb.

Ia juga sempat memberikan perhatian kepada kehidupan para artis lanjut usia di kota Jakarta yang saat itu banyak bermukim di daerah Tangki, sehingga daerah tersebut dinamai Tangkiwood.

Bang Ali juga menyelenggarakan Pekan Raya Jakarta yang saat itu lebih dikenal dengan nama Jakarta Fair, sebagai sarana hiburan dan promosi dagang industri barang dan jasa dari seluruh Tanah Air, bahkan juga dari luar negeri. Ali Sadikin berhasil memperbaiki sarana transportasi di Jakarta dengan mendatangkan banyak bus kota dan menata trayeknya, serta membangun halte (tempat menunggu) bus yang nyaman.

Di bawah pimpinan Bang Ali, Jakarta berkali-kali menjadi tuan rumah Pekan Olahraga Nasional (PON) yang mengantarkan kontingen DKI Jakarta menjadi juara umum selama berkali-kali.

Salah satu kebijakan Bang Ali yang kontroversial ialah mengembangkan hiburan malam dengan berbagai klab malam, mengizinkan diselenggarakannya perjudian di kota Jakarta dengan memungut pajaknya untuk pembangunan kota, serta membangun kompleks Kramat Tunggak sebagai lokalisasi pelacuran. Di bawah kepemimpinannya pula diselenggarakan pemilihan Abang dan None Jakarta. Masa jabatan Ali Sadikin berakhir pada tahun 1977, dan ia digantikan oleh Letjen. Tjokropranolo.

Setelah berhenti dari jabatannya sebagai gubernur, Ali Sadikin tetap aktif dalam menyumbangkan pikiran-pikirannya untuk pembangunan kota Jakarta dan negara Indonesia. Hal ini membawanya kepada posisi kritis sebagai anggota Petisi 50, sebuah kelompok yang terdiri dari tokoh-tokoh militer dan swasta yang kritis terhadap pemerintahan Presiden Soeharto.(kompas.com)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Topik Populer Bulan ini