5 Posting Terbaru

Selasa, 04 Desember 2012

RI dan Korsel Kolaborasi Restorasi Sungai Ciliwung

Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia berkolaborasi dengan Kementerian Lingkungan Hidup Republik Korea Selatan (Korsel) dalam mengendalikan pencemaran air di Indonesia, khususnya di Sungai Ciliwung. Indonesia perlu belajar banyak dari Korsel dari sisi pengalaman menangani pencemaran air serta teknologi yang dipakai untuk restorasi tersebut.

RI - Korsel akan Restorasi Sungai Ciliwung
RI - Korsel akan Restorasi Sungai Ciliwung

"Kerja sama lingkungan ini kita lakukan dengan Korsel, khususnya mengenai restorasi Sungai Ciliwung di sekitar Masjid Istiqlal. Nanti ke depan kita lihat apakah ada kemungkinan untuk bisa dilakukan di tempat lain. Tapi prioritas kita saat ini tetap adalah Sungai Ciliwung," kata Menteri Lingkungan Hidup, Balthasar Kambuaya, saat menggelar konferensi pers di kawasan Istiqlal, Jakarta, Senin (3/12).

Menurut Balthasar, sekitar 30 tahun yang lalu, Korea pun mengalami masalah pencemaran yang serupa dengan Sungai Ciliwung saat ini. "Saat itu secara bertahap mereka berhasil melakukan restorasi air di Sungai Han yang merupakan sungai terbesar di Korsel. Sekarang Sungai Han telah berhasil direstorasi sehingga dapat dijadikan sumber air bersih bagi rakyat," jelas dia.


Pengalaman serta teknologi seperti itulah yang diharapkan dapat dibagi dan diterapkan di Indonesia, dalam hal ini di Sungai Ciliwung yang terletak di dalam kawasan Masjid Istiqlal.

"Jadi restorasi di kawasan ini akan menjadi pilot project. Kawasan ini dipilih karena setiap tahun, Masjid Istiqlal dikunjungi oleh lebih dari 12 juta orang serta berbagai tamu negara. Keberhasilan kegiatan pilot project ini akan menjadi simbol baru dalam restorasi Sungai Ciliwung," tutur dia.

Balthasar berharap proyek ini tidak hanya dikerjakan oleh pemerintah, tapi juga oleh pihak swasta sehingga target tiga tahun yang dicanangkan oleh KLH dapat tercapai dan memberikan manfaat secara maksimal bagi masyarakat. "Tentunya bukan hanya dari pihak pemerintah dan swasta saja. Masyarakat diharapkan berperan aktif menjaga lingkungannya sehingga ketika proyek ini sukses, pencemaran tidak akan terjadi lagi di masa yang akan datang," imbuh dia.

Secara umum, KLH telah menyusun Rencana Umum Pemulihan Kualitas Lingkungan Sungai Ciliwung 2010–2030 yang diharapkan mampu mewujudkan kualitas air bersih yang diinginkan, mulai dari hulu hingga hilir sungai. Titik awalnya adalah upaya restorasi di kawasan Masjid Istiqlal.

Sementara itu, Menteri Lingkungan Hidup Republik Korsel, Yoo Young Sook, menyatakan kesediaannya berbagi pengalaman dan teknologi yang dimiliki oleh negaranya perihal pengendalian pencemaran air kepada Pemerintah Indonesia.

"Dulu Pemerintah Korsel pernah membuat kebijakan untuk mengatur limbah-limbah industri di Sungai Han, dan sekarang saatnya kita share ke negara-negara sahabat kita, termasuk Indonesia. Jadi, kerja samanya juga termasuk penentuan kebijakannya," tandas dia.

Alih Teknologi

Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Marzan Iskandar, mengatakan kerja sama ini dapat dijadikan sarana untuk melakukan alih pengetahuan dan teknologi. Untuk itu, pihaknya akan memanfaatkan kerja sama itu untuk mempelajari pengetahuan dan teknologi tersebut secara maksimal.

"Sebagai mitra teknisi dari Korsel, yaitu KEITI (Korea Environmental Industri Technology Institute), kami akan mendampingi mereka dalam merumuskan teknologi yang tepat yang akan kita gunakan dalam proyek ini. Dari situ tentu akan ada transfer of technology dan transfer of knowledge yang bisa memberikan manfaat maksimal untuk kita dengan belajar dari pengalaman mereka membersihkan sungai-sungainya," kata Marzan.

Marzan mengakui sebenarnya pihaknya telah mengembangkan berbagai teknologi untuk pengolahan jenis air limbah menjadi air bersih. Namun, pihaknya butuh pengalaman dari Korsel yang pernah melakukan restorasi besar-besaran terhadap Sungai Han.

"Kita bicara mengenai suatu program yang skalanya besar dan aspeknya tidak semata-mata mengolah airnya, tapi bagaimana menjaga keseimbangan lingkungan secara keseluruhan, bagaimana mengedukasi masyarakat, dan pengalaman ini kita belum punya. Korea sudah, dan kita perlu belajar dari mereka," ujar dia.

Marzan optimistis proyek ini akan berjalan dengan lancar karena banyaknya dukungan dari berbagai pihak, termasuk dari pihak non-governmental organization (NGO). "Ini kan targetnya tiga tahun, tahun 2015 harus selesai. Itu berarti 36 bulan terhitung hari ini," kata dia.


Sumber : KJ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Topik Populer Bulan ini