5 Posting Terbaru

Jumat, 30 November 2012

Langkah Indonesia Menyelamatkan Dunia

Ketika dunia sibuk berdebat mengenai mekanisme penanganan perubahan iklim, pemanasan global, Indonesia memilih untuk melakukan tidakan nyata penyelamatan bumi dengan menurunkan emisi rumah kaca. Saat Konferensi Internasional Perubahan Iklim digelar di Kopenhagen, Denmark, pada 2009, negara-negara peserta adu agrumen mengenai mekanisme mitigasi perubahan iklim, ternyata perdebatan tersebut tidak menemui ujung pangkal dan akhirnya mengalami deadlock.



Ketika forum tersebut tidak bisa mengambil sebuah sikap yang nyata untuk kemaslahatan dunia ini, Indonesia langsung melakukan tindakan nyata dengan menyatakan pada dunia bahwa dengan sukarela Indonesia akan menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen atau 41 persen dengan bantuan masyarakat internasional pada 2020.

Kisah ini dituturkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat acara peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional 2012, di Hutan Kota Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (28/11). "Indonesia memilih melakukan tindakan sesuatu ketimbang hanya sibuk berdebat soal mekanisne mitigasi perubahan iklim," kata SBY dalam sambutannya.


Menurutnya, dari pada ikut meruncingkan masalah dengan memperpanjang perdebatan, Indonesia dengan sukarela menurunkan emisi karbon. Hal ini dilakukan demi anak cucu melalui moratorium, dan menanam pohon. Salah satu langkah yang dilakukan Indonesia dalam membantu dunia menurunkan emisi rumah kaca adalah membuat Gerakan Penanaman Satu Milar Pohon.

Awalnya, diceritakan Presiden, banyak pihak yang mencibir bahkan tidak percaya dengan gerakan yang akan dilakukan bangsa ini. Tapi Indonesia tetap menjalankan apa yang telah direncanakan. Dan saat ini gerakan tersebut terbilang sukses.

"Waktu itu, ada yang mengatakan mana mungkin sanggup bangsa ini menanam satu miliar pohon setiap tahun. Ada juga yang mengatakan dari mana biaya untuk gerakan tersebut, karena APBN tidak mampu. Itu merupakan hak meraka berpendapat demikian, dan hak kita juga melakukan tindakan konkrit untuk menyelamatkan bumi ini," katanya.

Melebihi Target
Secara nasional capaian realisasi gerakan penanaman pohon selama tiga tahun terakhir telah melebihi target penanaman yang minimal satu miliar pohon setiap tahunnya. Pada tahun 2010 telah tertanam 1.3 miliar pohon. Pada 2011 tertanam 1.5 miliar pohon. Sedangkan untuk tahun 2012 ini hingga akhir Oktober telah tertanam 732 ribu pohon. "Dengan semangat serta dukungan masyarakat kami yakin target tersebut akan tercapai bahkan akan lebih dari satu miliar pohon," kata Presiden.

Pada kesempatan yang sama Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengatakan bahwa Gerakan penanaman bertujuan merehabilitasi hutan dan lahan yang terdegradasi atau kritis guna mengembalikan fungsi hutan dan lahan. Selain itu, langkah ini memiliki manfaat untuk melakukan konservasi keanekaragaman hayati (bio-diversity) baik flora dan fauna, termasuk ketahan pangan.

Yang terpenting adalah menambah penyerapan karbon dioksida (Co2) dalam rangka mitigasi perubahan iklim global serta dalam jangka panjang berkontribusi terhadap penyediaan bahan sandang dan pangan, energi dan ketersedian air tanah untuk mendukung terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Sasaran penanaman di kawasan hutan ini diarahkan kepada hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi. Di luar kawasan hutan, sasaran penanaman dipropritaskan pada wilayah pedesaan dan pengembangan hutan rakyat. Namun tidak kalah pentingnya adalah penanaman di wilayah perkotaan untuk penghijauan lingkungan dan pembangunan hutan kota.

Menurut Zulkifli, saat ini bangsa Indonesia telah melewati masa kritis kerusakan hutan akibat ulah sekelompok orang, terutama yang merusak dan mengalihkan fungsi hutan dalam beberapa dekade belakangan ini. Keberhasilan ini berkat komitmen pemerintah dan masyarakat yang menghijaukan kembali hutan melalui program penghijauan dan rehabilitasi lahan.

Menurut Zulkifli, penanaman pohon harus terus digalakkan, karena selain untuk meningkatkan kualitas lingkungan, penanaman pohon juga akan meminimalisasi terjadinya bencana alam akibat kerusakan alam. Kegiatan penghijauan juga bisa memiliki nilai ekonomis tinggi.

Dicontohkannya, masyarakat di Jawa saat ini memilih menanami lahan kosong mereka dengan berbagai tanaman kayu yang memiliki masa panen lebih cepat, misalnya penanaman kayu sengon dengan masa panen hanya lima hingga enam tahun sudah terbukti mampu mendorong perekonomian masyarakat. muhammad zaki alatas/P-3

Ketika dunia sibuk berdebat mengenai mekanisme penanganan perubahan iklim, pemanasan global, Indonesia memilih untuk melakukan tidakan nyata penyelamatan bumi dengan menurunkan emisi rumah kaca. Saat Konferensi Internasional Perubahan Iklim digelar di Kopenhagen, Denmark, pada 2009, negara-negara peserta adu agrumen mengenai mekanisme mitigasi perubahan iklim, ternyata perdebatan tersebut tidak menemui ujung pangkal dan akhirnya mengalami deadlock.

Ketika forum tersebut tidak bisa mengambil sebuah sikap yang nyata untuk kemaslahatan dunia ini, Indonesia langsung melakukan tindakan nyata dengan menyatakan pada dunia bahwa dengan sukarela Indonesia akan menurunkan emisi gas rumah kaca sebesar 26 persen atau 41 persen dengan bantuan masyarakat internasional pada 2020.

Kisah ini dituturkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat acara peringatan Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan Menanam Nasional 2012, di Hutan Kota Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Rabu (28/11). "Indonesia memilih melakukan tindakan sesuatu ketimbang hanya sibuk berdebat soal mekanisne mitigasi perubahan iklim," kata SBY dalam sambutannya.

Menurutnya, dari pada ikut meruncingkan masalah dengan memperpanjang perdebatan, Indonesia dengan sukarela menurunkan emisi karbon. Hal ini dilakukan demi anak cucu melalui moratorium, dan menanam pohon. Salah satu langkah yang dilakukan Indonesia dalam membantu dunia menurunkan emisi rumah kaca adalah membuat Gerakan Penanaman Satu Milar Pohon.

Awalnya, diceritakan Presiden, banyak pihak yang mencibir bahkan tidak percaya dengan gerakan yang akan dilakukan bangsa ini. Tapi Indonesia tetap menjalankan apa yang telah direncanakan. Dan saat ini gerakan tersebut terbilang sukses.

"Waktu itu, ada yang mengatakan mana mungkin sanggup bangsa ini menanam satu miliar pohon setiap tahun. Ada juga yang mengatakan dari mana biaya untuk gerakan tersebut, karena APBN tidak mampu. Itu merupakan hak meraka berpendapat demikian, dan hak kita juga melakukan tindakan konkrit untuk menyelamatkan bumi ini," katanya.

Melebihi Target
Secara nasional capaian realisasi gerakan penanaman pohon selama tiga tahun terakhir telah melebihi target penanaman yang minimal satu miliar pohon setiap tahunnya. Pada tahun 2010 telah tertanam 1.3 miliar pohon. Pada 2011 tertanam 1.5 miliar pohon. Sedangkan untuk tahun 2012 ini hingga akhir Oktober telah tertanam 732 ribu pohon. "Dengan semangat serta dukungan masyarakat kami yakin target tersebut akan tercapai bahkan akan lebih dari satu miliar pohon," kata Presiden.

Pada kesempatan yang sama Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan mengatakan bahwa Gerakan penanaman bertujuan merehabilitasi hutan dan lahan yang terdegradasi atau kritis guna mengembalikan fungsi hutan dan lahan. Selain itu, langkah ini memiliki manfaat untuk melakukan konservasi keanekaragaman hayati (bio-diversity) baik flora dan fauna, termasuk ketahan pangan.

Yang terpenting adalah menambah penyerapan karbon dioksida (Co2) dalam rangka mitigasi perubahan iklim global serta dalam jangka panjang berkontribusi terhadap penyediaan bahan sandang dan pangan, energi dan ketersedian air tanah untuk mendukung terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Sasaran penanaman di kawasan hutan ini diarahkan kepada hutan konservasi, hutan lindung, dan hutan produksi. Di luar kawasan hutan, sasaran penanaman dipropritaskan pada wilayah pedesaan dan pengembangan hutan rakyat. Namun tidak kalah pentingnya adalah penanaman di wilayah perkotaan untuk penghijauan lingkungan dan pembangunan hutan kota.

Menurut Zulkifli, saat ini bangsa Indonesia telah melewati masa kritis kerusakan hutan akibat ulah sekelompok orang, terutama yang merusak dan mengalihkan fungsi hutan dalam beberapa dekade belakangan ini. Keberhasilan ini berkat komitmen pemerintah dan masyarakat yang menghijaukan kembali hutan melalui program penghijauan dan rehabilitasi lahan.

Menurut Zulkifli, penanaman pohon harus terus digalakkan, karena selain untuk meningkatkan kualitas lingkungan, penanaman pohon juga akan meminimalisasi terjadinya bencana alam akibat kerusakan alam. Kegiatan penghijauan juga bisa memiliki nilai ekonomis tinggi.

Dicontohkannya, masyarakat di Jawa saat ini memilih menanami lahan kosong mereka dengan berbagai tanaman kayu yang memiliki masa panen lebih cepat, misalnya penanaman kayu sengon dengan masa panen hanya lima hingga enam tahun sudah terbukti mampu mendorong perekonomian masyarakat. muhammad zaki alatas/P-3


Sumber : Koran Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Topik Populer Bulan ini