Rektor ITS, Prof Ir Priyo Suprobo Msc Phd (kiri) bersama President Director PT Shell Indonesia, Darwin Silalahi (kanan) melihat prototype mobil hemat energi pada peluncuran prototype "Mobil Sapu angin Hemat Energi" (FOTO ANTARA/Bhakti Pundhowo) |
Ketua Jurusan Teknik Mesin ITS Dr Ir Bambang Pramujati MScEng PhD kepada ANTARA melalui surat elektronik dari Malaysia, Sabtu malam, melaporkan keberhasilan itu diraih ITS pada kelas "Urban Concept" yakni mobil "Sapu Angin 7".
"Meski tim Sapu Angin 6 dan Antasena 1 yang berlaga di kelas prototipe belum berhasil, namun tim Sapu Angin 7 yang berlaga dalam kelas Urban Concept mampu tampil sebagai juara," katanya.
Gelar juara itu diraih ITS dengan mencatat tingkat efisiensi bahan bakar hingga 167 kilometer per liter lewat "performa optimal" sejak race pertama hingga race terakhir.
Dalam kategori "Urban Concept" itu, tim ITS mampu mengalahkan tim senegara yakni ITB yang mencatat tingkat efisiensi hanya 149 kilometer per liter. ITS sendiri sudah tiga kali mengikuti ajang tahunan itu.
"Yang membanggakan adalah tingkat efisiensi 167 kilometer per liter itu mampu melampaui rekor terakhir pada tahun 2011 yang juga diraih ITS. Saat itu, ITS hanya mampu menembus efisiensi sebesar 150 kilometer per liter," katanya.
Ia menceritakan ITS sempat dibuat bingung dengan hasil perhitungan dari pihak Shell, karena tertinggal dari perolehan tim mobil Garuda dari ITB yakni 192 kilometer per liter mobil pada race pertama.
"Itu cukup mengejutkan, namun pihak Shell akhirnya melihat inkonsistensi dan setelah dilakukan perhitungan ulang memang terdapat kesalahan perhitungan oleh pihak Shell," katanya.
Untuk race pertama, tim "Sapu Angin" ITS sudah unggul dengan nilai 161 km per liter berbanding 142 km per liter dengan ITB, sebab kelas "urban concept" berbahan bakar Fatty Acid Methyl Ester (FAME) memang hanya diikuti oleh peserta dari Indonesia (ITS dan ITB), sehingga persaingan sangat ketat.
Setelah race pertama, hasil positif secara beruntun ditorehkan "Sapu Angin 7" yakni dari race kedua hingga kelima menempatkan "SA 7" di peringkat pertama kelas urban concept berbahan bakar FAME atau menjadi juara di kelasnya.
Sapu Angin 7 adalah mobil masa depan berbahan bakar biodiesel atau FAME. Mobil ini merupakan pengembangan dari Sapu Angin 5. Dalam berbagai uji coba, mobil ini sudah mampu menempuh jarak 300 km per satu liter solar. Mesin untuk sapu angin diambil dari mesin jetpump
Untuk Sapu Angin 6 di kelas prototipe merupakan generasi terbaru yang didesain lebih ringan dari generasi sebelumnya yakni berat pada tahun lalu mencapai 50 kilogram, tapi sekarang hanya 35 kilogram, sehingga bisa lebih hemat lagi.
"Mobil Sapu Angin 6 yang berbahan bakar bensin dan berlaga di kelas prototype itu semula ditargetkan dapat menjadi juara Asia," kata Manajer Umum Tim ITS `Sapu Angin 2012`, Yoga Dwi Widagdo.
Sementara itu, mobil Antasena yang baru diciptakan mahasiswa ITS pada tahun ini dengan bahan bakar gas hidrogen. Mobil yang berlaga di kelas prototipe itu merupakan inovasi baru mahasiswa Teknik Material Metalurgi yang didesain untuk menjadi mobil ramah lingkungan.
Tahun ini, kompetisi yang digagas Shell itu diikuti 136 tim dari 18 negara di Asia, termasuk lima negara yang baru berkompetisi dalam SEM Asia 2012, yakni Lebanon, Qatar, Uni Emirat Arab, Hong Kong dan Korea Selatan. Ke-136 tim itu terdiri dari 91 tim kelas prototipe dan 45 tim kelas "Urban Concept".
Sumber : Antara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar