Bart Weetjens bersama salah satu tikus yang sudah dilatihnya, Tanzania, Afrika. (APOPO) |
Peneliti-peneliti dari APOPO (Anti Persoonsmijnen Ontmijnende Product Ontwikkeling atau Anti Personnel Land Mines Detection Product Development) melatih tikus-tikus raksasa di Afrika untuk mengembangkan kemampuan mendeteksi penyakit TBC yang mematikan.
Hasilnya mencengangkan. Tikus-tikus itu telah menyelamatkan ribuan nyawa manusia di Tanzania, Afrika Bagian Timur.
Tikus-tikus besar itu tidak bertugas untuk menyembuhkan penyakit, namun para ilmuwan melatihnya untuk memiliki kemampuan mengendus dan mendetaksi infeksi bakteri TBC.
Menurut Bart Weetjens, pendiri APOPO, tikus-tikus itu dilatih untuk mengevaluasi sampel air liur pada manusia hanya dalam waktu 10 menit.
"Sementara, seorang analis di laboratorium memerlukan waktu selama satu hari penuh untuk mendeteksi penyakit," kata Weetjens.
Weetjens menjelaskan, tikus-tikus itu dilatih untuk mengevaluasi air liur manusia dengan cara memakan kacang yang sudah dilumuri air liur.
Jika dalam waktu 10 menit tikus itu menggaruk-garuk kakinya, itu menandakan manusia telah terinfeksi TBC," ungkap Weetjens.
Sampai saat ini, TBC telah membunuh orang lebih banyak dibandingkan beberapa penyakit lainnya, termasuk infeksi HIV. Cara diagnosa penyakit terbaru ini cukup murah, akurat, dan mendapatkan hasil yang sangat cepat.
"Tikus-tikus bekerja sangat baik. Tikus tersebut telah membantu klinik-klinik lokal mempercepat pendeteksian seseorang mengidap TBC. Saat ini, jumlah orang-orang yang terinfeksi telah meningkat 30 persen," ujar dokter di klinik lokal di Tanzania.
Sebelumnya, APOPO juga telah melatih tikus-tikus besar asli Afrika untuk mendeteksi ranjau darat. Hewan-hewan menjijikkan itu dilatih untuk mendeteksi bau bahan peledak.
"Saya pikir, sudah saatnya tikus dianggap sebagai hewan pahlawan," ujar Bart Weetjens. (Viva)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar