TEMPO Interaktif, Bandung - Para astronom memperkirakan diameter meteor di angkasa meledak di langit Wisconsin, Amerika Serikat, pada 16 April lalu masih kalah besar dengan meteor Bone yang jatuh di laut Sulawesi Oktober 2009.
Meteor Wisconsin besarnya antara 1-2 meter. Ukuran itu berdasarkan hitungan kekuatan ledakan meteor di atmosfir. Adapun meteor Bone, menurut peneliti utama astronomi dan astrofisika Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Thomas Djamaluddin, tak pecah di udara ketika menembus atmosfer. Ukurannya diperkirakan sekitar 10 meter dan jatuh ke dasar laut perairan Bone.
Sampai sekarang, lokasi jatuhnya meteor itu belum ditemukan. Lapan mengaku kesulitan menelitinya karena berada di dasar laut dan jarak lokasinya jauh dari kantor Lapan di Bandung.
Ledakan besar meteor Bone itu diketahui berpusat di sekitar lintang 4,5 LS, 120 BT, sekitar pukul 11.00 WITA pada 8 Oktober 2009. Sejauh ini, dalam waktu satu abad ke belakang ini, di negara lain belum ditemukan meteor untuk jenis yang sama.
Thomas menyatakan meteor Wisconsin hancur di ketinggian sekitar 100 kilometer dari tanah. Begitu sampai di bumi, pecahan meteor tersebar dalam berbagai ukuran. "Ada yang kecil dalam ukuran ons," katanya, Selasa (20/4). Pecahnya meteor Wisconsin itu, kata dia, kemungkinan terjadi karena unsur pembentuknya lebih banyak dari bebatuan, seperti silikat atau karbon.
Dibandingkan meteor yang jatuh di perairan Bone, Sulawesi, pada Oktober 2009, meteor Wisconsin lebih rapuh. "Meteor Bone materi pembentuknya diperkirakan lebih banyak metal (logam) atau komposisinya lebih kuat," ujarnya.
Menurut Djamaluddin, fenomena jatuhnya meteor ke bumi dalam ukuran agak besar, biasanya terjadi 2-3 tahun sekali di suatu tempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar