5 Posting Terbaru

Kamis, 20 Juni 2013

5 Tanda-tanda Jokowi Satrio Piningit Bagi Jakarta Versi Sosiolog

Sosiolog Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Musni Umar meluncurkan buku yang berjudul 'Bang Jokowi dan Bang Ahok Bangun Jakarta Baru'. Musni mengatakan, bahwa secara tidak langsung kehadiran Joko Widodo (Jokowi) dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) layaknya seperti Satrio Piningit untuk kota Jakarta.

5 Tanda-tanda Jokowi Satrio Piningit Bagi Jakarta Versi Sosiolog

Menurut Musni, Pilgub DKI Jakarta dapat dikatakan telah memunculkan Satrio Piningit seperti yang pernah ditulis oleh budayawan Ranngawarsita di Serat Kalatida, yaitu pemimpin yang berjiwa luhur, membela kebenaran, peduli masyarakat bawah, serta mengedepankan negara dan bangsanya.


Satrio Piningit itu muncul ketika keadaan masyarakat sedang kacau, resah masyarakat awam karena kehidupannya tertekan.

"Satrio Piningit itu bisa membawa kedamaian, kemakmuran, dan kemajuan masyarakat. Secara tidak langsung memang gaya Jokowi seperti itu," kata Musni Umar kepada merdeka.com, Rabu (19/6).

Berikut 5 tanda-tanda Jokowi menjadi Satrio Piningit versi Sosiolog Musni Umar:


1. Atasi macet dengan transportasi massal

Dalam visi dan misi program Jakarta Baru milik Jokowi, yang paling menonjol adalah penanganan dan pemecahan masalah macet. Untuk memecahkan atau setidak-tidaknya mengurangi macet di DKI Jakarta, diperlukan transportasi massal seperti monorail, MRT, Transjakarta dan bus AC.

Besarnya populasi di DKI Jakarta yang bekerja dan melakukan berbagai macam aktivitas tiap hari tidak diimbangi dengan tersedianya transportasi umum. Sehingga kerap kali penumpang terlantar karena jumlahnya lebih besar ketimbang angkutannya.

Transportasi massal di Jakarta selain terbatas jumlahnya, kualitasnya juga memprihatinkan karena sudah tua. Tidak layak dan tidak nyaman.

Jika sudah dibangun dan direvitalisasi transportasi massal seperti Monorail, MRT, Transjakarta dan bus umum maka gubernur dan pemerintah mempunyai alasan yang kuat untuk 'memaksa' para pengguna kendaraan pribadi untuk berpindah kepada transportasi massal yang terintegrasi.


2. Mengatasi banjir

Mengatasi masalah banjir di DKI Jakarta adalah pekerjaan yang sangat berat dan tak ubahnya 'mission impossible', karena penyebab banjir sangat kompleks.

Menurut Musni Umar, banjir di DKI Jakarta paling tidak disebabkan oleh lima faktor. Pertama adalah penyempitan sungai di Jakarta, kedua adalah curah hujan yang lebat mengakibatkan sungai meluap karena tidak bisa menampung curah hujan dan kiriman banjir dari Bogor dan Cianjuk. ketiga daerah hulu seperti Puncak/Bogor dan Cianjur hutannya sudah habis digunduli yang dampaknya banjir kiriman merendam Jakarta, keempat adalah karena masyarakat Jakarta tidak disiplin karena membuang banyak sampah ke sungai akibatnya sungai tersumbat dipenuhi sampah.

Tahun 2011-2012, pemerintah Provinsi DKI Jakarta membuat program Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI). Melalui proyek JEDI akan dikeruk, direhabilitasi dinding sungai dengan pengadaan pompa di 13 sungai serta membangun lima waduk termasuk juga membangun tanggul raksasa di pantai utara Jakarta.

Tahun 2012-2017, Jokowi mencanangkan pembangunan deep tunnel atau terowongan dari MT Haryono sampai Pluit dan melakukan gotong royong untuk mengatasi masalah banjir.

Musni mengatakan, mengatasi banjir walaupun never ending story dan bagaikan mission impossible, tetapi tetap harus dilakukan, karena Jokowi dan Ahok telah bertekat mewujudkan janji-janjinya kepada masyarakat Jakarta saat Pilgub DKI Jakarta.


3. Bangun rumah susun

Menurut Musni Umar, masalah perkampungan padat, kumuh dan miskin di DKI Jakarta sudah menjadi prioritas Gubernur Jokowi dan Wakil Gubernur Ahok untuk segera dibenahi.

Dari beberapa solusi yang pernah ditawarkan, yang relatif hanya diminati oleh masyarakat hanya rumah susun. Walaupun juga sangat banyak yang menolak dengan berbagai alasan.

"Pertama, takut kehilangan bisnis kontrakan. Kedua, takut tidak sanggup membayar sewa bulanan karena tidak mempunyai pekerjaan dan penghasilan yang tetap. Ketiga, takut yang mengisi rumah susun adalah pihak dari luar. Keempat, takut rumah susun yang akan dibangun seperti Rusunawa di Baladewa, Tanah Tinggi, yang tidak terawat, kumuh, dan tidak terurus bangunannya," kata Musni.

Musni mengatakan, bahwa sampai saat ini Jokowi sudah menjalankan pembangunan rumah susun untuk warga DKI Jakarta. "Ini termasuk penanganan partisipasi masyarakat untuk mau menempati rusun. Contohnya di Marunda," ujar Musni.


4. Pro rakyat kecil dengan pasar tradisional

Visi dan misi program Gubernur Jokowi dan Wakil Gubernur Ahok dalam ekonomi dan kesejahteraan masyarakat di DKI Jakarta harus didukung dan disukseskan, salah satunya dengan adanya pasar tradisional.

"Mall member perilaku konsumtif dan hedonis. Yang ingin kami bangun adalah usaha produktif, di rumah, di kampung, pedagang kaki lima. Kita injeksi dengan akses modal dan pasar," kata Musni menirukan Jokowi.

Selain itu, Ahok juga mengemukakan bahwa, "Kami ingin bangun pasar yang meski tidak ber-AC, tapi pembeli yang kebanyakan ibu-ibu bisa masuk nyaman, gampang parkir, dan pedagang mendapatkan pelatihan sederhana soal melayani pembeli dan mengatur letak barang."

Sudah terlalu lama elit politik dan penguasa selalu memandang sebelah mata pada usahawan kecil dan mikro yang berdagang di pasar-pasar tradisional. Oleh karena itu masyarakat menyambut positif dan mendukung penuh program dan tekad Jokowi dan Ahok untuk menata dan menghidupkan kembali pasar tradisional ditengah-tengah masyarakat.


5. Menangani masalah sosial

Menurut Musni Umar, langkah yang dilakukan oleh Jokowi yang pro aktif mendatangi para pejabat tinggi diberbagai kementerian merupakan langkah yang patut diacungi jempol.

Pertama, membangun tradisi 'sowan' ke berbagai kementerian untuk mengajak menangani masalah yang dihadapi DKI Jakarta secara bersama-sama. Jokowi tanpa ada perasaan sungkan datang menyambangi para menteri terkait untuk mengajak bersama-sama menangani permasalahan di DKI Jakarta yang begitu kompleks.

Kedua, Jokowi membangun ikatan batin dan persaudaraan dengan menghilangkan sekat-sekat kepentingan partai politik dengan menemui para menteri dari berbagai partai politik.

Ini adalah hal yang sangat baik, karena walaupun Jokowi dicalonkan oleh PDIP dan Partai Gerindra dalam Pilgub DKI Jakarta, tetapi setelah dipilih dan dilantik menjadi gubernur, maka Jokowi adalah gubernurnya seluruh rakyat Jakarta. Sehingga orientasi pengabdiannya adalah untuk seluruh rakyat DKI Jakarta.

Sumber : Merdeka

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Topik Populer Bulan ini