Letusan Gunung Galunggung selama sembilan bulan sejak 5 April 1982
menyemburkan abu vulkanik dahsyat. Hujan abu mengelapkan Kota
Tasikmalaya, Bandung, Bogor, hingga Jakarta. Bahkan, lontaran abu itu
mematikan mesin-mesin pesawat jumbo yang sedang melintas di dekat
Galunggung.
Geolog dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana
Geologi, Akhmad Zaenuddin, mengungkapkan, Galunggung memulai aksinya
dengan menghancurkan kubah lava Gunung Jadi di dalam kawah Gunung
Galunggung. Penghancuran itu meluahkan awan panas, lontaran batu, hujan
batu dan abu, serta semburan gas.
Fase penghancuran sisa kubah
berikutnya disertai letusan tegak tipe vulkano yang menghasilkan jatuhan
awan panas, lontaran batu, dan hujan pasir. Tinggi tiang asap letusan
pada 13-19 Juli 1982 mencapai 35 kilometer.
Pada tahap ini pula,
tepatnya pada 24 Juni 1982, pesawat Boeing 747 British Airways mendarat
darurat di Bandar Udara Halim Perdanakusuma karena kerusakan mesin.
Selama dua malam, pesawat itu menginap di Halim.
Pesawat yang
mengangkut 225 penumpang itu sedang dalam perjalanan Kuala Lumpur-Perth
dari London. Di ketinggian 9.450 meter, sekitar 500 mil dari pantai
selatan Garut, mendadak empat mesin mati akibat mengisap abu Galunggung
(Kompas, 27 Juni 1982). Captain Moodey berhasil menghidupkan dua di
antara mesin jet itu dan mendarat darurat di Halim.
Tak hanya
sekali itu abu Galunggung mengganggu penerbangan. Pesawat jumbo Boeing
747 Singapore Airlines nomor penerbangan 21A dari Singapura menuju
Sydney dan Melbourne terpaksa juga mendarat di Halim Perdanakusuma
karena debu vulkanik Galunggung pada Selasa 13 Juli 1982 (Kompas, 15
Juli 1982). Dua mesin pesawat raksasa itu terpaksa dimatikan di
ketinggian 33.000 kaki atau sekitar 11 kilometer.
Thomas J
Casadevall dalam makalahnya, Volcanic Ash and Airports, menuliskan, abu
vulkanik terdiri atas batuan halus, mineral, dan partikel padat
berdiameter kurang dari 2 milimeter. Bahkan, diameter abu halus hanya
0,063 milimeter. Ukuran material itu mengecil jika semakin jauh jarak
lontarannya dari gunung api.
Material fisik abu gunung api inilah
yang berbahaya bagi penerbangan. Ukurannya yang kecil, kekerasannya,
kemampuannya mengamplas, dan keasamannya merusak mesin pesawat.
Saat
pemeriksaan pesawat Singapore Airlines yang menjadi korban abu itu, di
baling-baling mesin nomor dua ditemukan garis memutih jejak pengamplasan
abu vulkanik.
Abu vulkanik yang disemburkan gunung api juga dapat
membawa aliran listrik statis. Di bandara, tebaran abu vulkanik
menyebabkan jalan pesawat menyim- pang dan mengganggu sistem listrik.(Tim
Penulis: Indira Permanasari, Ahmad Arif, Hermas Efendi Prabowo,
Mukhamad Kurniawan.Fotografer: Yuniadhi Agung, Rony Ariyanto Nugroho.
Litbang: Slamet J Prihatin)Sumber : Kompas.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar