Sebenarnya terdapat dua jenis MSG, yaitu alami dan buatan. MSG buatan berpotensi membuat gangguan kesehatan dan justru paling banyak beredar di pasaran. Penggunaan MSG kadang tersembunyi dengan beberapa nama di balik label makanan. Meski ada tulisan 'protein hidrolisat' atau 'rempah-rempah', belum tentu makanan tersebut tidak mengandung MSG dalam komposisinya.
Menurut WHO, batas aman konsumsi MSG bagi orang dewasa adalah 0-120 mg per kg berat badan. Atau sekitar dua sendok teh untuk orang dengan berat badan 50 kg. WHO sendiri tidak merekomendasikan bayi di bawah umur 12 minggu untuk mengonsumsi MSG. Anak-anak yang kebanyakan mengonsumsi MSG atau vetsin, akan kekurangan hormon thyroxin dan parathyroid yang berdampak negatif ke pertumbuhan tulang dan perkembangan tubuh. Hal tersebut karena tubuh kehilangan kalsium dan fosfor.
Dampak negatif penggunaan MSG secara berlebihan pada makanan, diantaranya :
- Alergi. Sebagian kecil konsumen bisa merasakan reaksi hipersensitif. Penelitian memang tidak menunjukkan kalau glutamat bukan senyawa penyebab yang efektif, namun kemungkinan besar kalau gejala itu ditimbulkan oleh senyawa hasil metabolisme seperti Gama Amino Butyric Acid (GABA), serotonin dan histamin.
- Kanker. Tanpa ditambah MSG pun, hasil masakan berprotein bisa membentuk senyawa karsinogenik kalau dipanaskan dengan suhu lebih tinggi dan waktu yang lama. Hal ini karena asam amino penyusun protein seperti triptopan, penilalanin, lisin, dan metionin dapat mengalami prolisis.
- Kelumpuhan akibat penumpukan asam glutamat di jaringan sel otak.
- Gangguan lambung, gangguan tidur, mual-mual, hipertensi, asma, diabetes, sakit kepala, mulut kering, dan penurunan kecerdasan.
Sebenarnya masih banyak bahan-bahan alami pengganti MSG sebagai penyedap rasa. MSG dapat diganti dengan gula pasir, bawang putih, kaldu ayam atau sapi, sosis sapi, atau bubuk hasil dari tumbukan makanan laut seperti udang, teri atau ebi.
Sumber : Heru Supanji
Tidak ada komentar:
Posting Komentar