5 Posting Terbaru

Senin, 22 November 2010

Dewa Ruci, Kebesaran Maritim Indonesia

Diiringi dentuman meriam dan disaksikan ratusan warga Belgia, KRI Dewa Ruci, Selasa (13/7/2010) petang waktu setempat atau Rabu (14/7/2010) pagi, meninggalkan Pelabuhan Antwerpen, Belgia. Selanjutnya kapal latih TNI AL ini akan mengikuti Tall Ships Races 2010 di Denmark.

JAKARTA, KOMPAS.com — Buku mengenai KRI Dewa Ruci berjudul Sebuah Kisah Nyata Dewa Ruci, Pelayaran Pertama Menaklukkan Tujuh Samudra diluncurkan pada Jumat (19/11/2010) di Toko Buku Gramedia Matraman, Jakarta Timur. Buku ini berisi mengenai perjalanan pertama KRI Dewa Ruci pada tahun 1964.

Dalam buku setebal 472 halaman ini, Cornelis Kowaas menuliskan pengalamannya berlayar bersama KRI Dewa Ruci. Pengalaman manis dan pahit dia tulis dengan bahasa yang sederhana sehingga mudah dimengerti oleh berbagai kalangan.

Menurut Eddy Prastyono PhD, Wakil Dekan FISIP Universitas Indonesia, setidaknya ada tiga kekuatan yang dimiliki buku ini. Kekuatan pertama adalah teknik penulisan dan alur cerita yang sangat baik.

"Bagaimana Pak Kowaas menceritakan pengalaman unik secara sangat baik, misalnya saat salah satu kru kapal mendekati seorang wanita Mediterania. Kru ini minta berkunjung ke rumah si wanita, padahal di sana kalau pacaran di rumah itu artinya melamar," kata Eddy.

Kekuatan kedua buku ini adalah mengenai substansinya. Eddy menjelaskan bahwa ternyata kapal Dewa Ruci selalu mendapat sambutan yang luar biasa saat melakukan kunjungan ke negara lain. "Jadi, kunjungan kapal ke mana-mana itu merupakan diplomasi juga yang tidak kalah efektifnya dengan diplomasi resmi," ujarnya.

Adapun kekuatan ketiga dari buku ini, lanjut Eddy, adalah bagaimana Kowaas menunjukkan bahwa dengan pelayaran ke luar negeri, Indonesia menunjukkan eksistensi dan kebesaran negara.

"Saat ketemu kapal-kapal lain, ternyata berlayarnya suatu kapal itu merupakan simbol eksistensi bangsa. Kita menunjukkan bahwa kita bangsa yang besar," ujarnya.

Kowaas sendiri berharap, buku ini dapat mengingatkan masyarakat, terutama kaum muda, terhadap kebesaran Indonesia di bidang kelautan. "Dengan buku ini, saya berharap kita ingat bahwa kita itu bangsa maritim. Kebanggaan kita jangan pernah pudar akan hal itu," katanya.

Sumber : KOMPAS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Topik Populer Bulan ini