Indonesia memiliki perangko kuno termahal di Asia seharga Rp20 miliar yang dicetak sejak Hindia Belanda dan jadi incaran para kolektor.
“Perangko kuno era Hindia Belanda bernilai Rp20 miliar karena sangat langka,” kata Direktur Utama PT Pos Indonesia I Ketut Mardjana usai pembukaan pameran Filateli Dunia “Indonesia 2012″ di JCC, Jakarta, 18-24 Juni. Pameran dibuka Menkominfo Tifatul Sembiring, Senin (18/7).
“Perangko kuno era Hindia Belanda bernilai Rp20 miliar karena sangat langka,” kata Direktur Utama PT Pos Indonesia I Ketut Mardjana usai pembukaan pameran Filateli Dunia “Indonesia 2012″ di JCC, Jakarta, 18-24 Juni. Pameran dibuka Menkominfo Tifatul Sembiring, Senin (18/7).
Menurutnya, saat ini lebih sulit mendapatkan perangko dengan tema khusus di dalam negeri karena sudah diborong filatelis dunia dan harganya sudah meningkat beberapa kali lipat.
Ketut Mardjana mengatakan, perangko bernilai fantastis itu, tertera terbitan tahun 1864. Perangko itu memiliki cap pos Ngawi, Jawa Timur.
Ia menyebutkan, perangko dengan tema Naga Air yang diterbitkan saat memasuki tahun baru Imlek, dalam waktu singkat habis dan kini sulit untuk mendapatkan perangko tersebut di Indonesia. “Perangko-perangko itu sudah berada di tangan para kolektor dunia, seperti perangko tema Naga Air berada di Singapura,” katanya.
Sejumlah perangko Indonesia yang dicetak di atas batik Garut dan kain tenun serta perangko bermotif “Gunungan” yang dicetak di atas kulit juga sudah terjual hingga 90 persen. “Dalam pameran filateli perangko-perangko unik, tersisa 10 persen saja untuk diperebutkan,” tambah Letjen (Purn) R Soeyono, Ketua Umum Perhimpunan Filatelis Indonesia.
PERSURATAN MENURUN
Dirut PT Pos Indonesia, I Ketut Mardjana mengakui, penurunan minat masyarakat untuk berkirim surat tidak terlalu berpengaruh terhadap pendapatan BUMN yang dipimpinnya. “Soal pendapatan tidak berkurang karena pengiriman surat-surat bisnis tetap tinggi,” katanya.
Dikatakannya, menurunnya minat bersurat ikut berpengaruh terhadap berkurangnya pembelian perangko. Di sisi lain kondisi tersebut menguntungkan filatelis dunia karena tidak perlu rebutan membeli.
Dunia filateli Indonesia, sambungnya, tidak seperti masa lalu, pada era Presiden Soeharto secara berkala menerbitkan seri baru perangko-perangko sehingga bagi para kolektor menjadi kesenangan tersendiri.
“Setiap tahun dari 300 ribu perangko yang dicetak, dan sebanyak 68 persen dibakar karena tidak diminati. Proses pembakaran disaksikan banyak orang sebagai bukti,” jelasnya.
Pameran Filateli Dunia yang digelar di JCC juga memamerkan perangko pertama Indonesia cetakan tahun 1946. “Ini adalah perangko pertama Indonesia. Pemerintah membuatnya pada perayaan setengah tahun kemerdekan Indonesia,” tambah Bertholo Sinaulan, General Commissioner pameran.
Bertholo mengatakan, lambang banteng yang sedang menarik rantai dalam perangko tersebut mengandung makna Indonesia sudah terbebas dari masa penjajahan. Mantan presiden Soekarno disebut sebagai orang yang memerintahkan PT Pos Indonesia untuk membuat perangko itu.
Pameran Filateli Tingkat Dunia Tahun 2012 diikuti lebih dari 70 negara peserta, menampilkan lebih dari 2.522 frame yang berasal dari 62 negara, terdiri dari 11 kelas termasuk koleksi kehormatan.
Sumber : Poskota
Tidak ada komentar:
Posting Komentar