5 Posting Terbaru

Senin, 21 Juli 2008

Obat Generik Indonesia Tembus Eropa


CIKARANG, SENIN - PT Ferron Par Pharmaceuticals yang merupakan bagian dari Dexa Medica Group , Senin (21/7), melakukan ekspor perdana obat generik anti jamur Terbinafine ke Inggris. Ekspor ini memberi makna penting bagi industri farmasi Indonesia karena telah membuktikan bahwa produk obat generik tanah air mampu menembus pasar Eropa yang sangat ketat.

"Dilihat nilai dan volumenya memang tak begitu besar. Tetapi bagi industri farmasi generik Indonesia, ini adalah suatu langkah luar biasa karena berhasil menembus pasar Inggris. Ekspor ke negara ini akan membuka jalan bagi ekspor ke negara uni Eropa lainnya," ungkap Managing Director PT Ferron Par Pharmaceuticals, Djoko Sujono, saat pelepasan ekspor perdana di Pabrik Ferron Kawasan Industri Jababeka, Cikarang.

Djoko menjelaskan, sukses menembus pasar Inggris merupakan suatu pencapaian sendiri bagi industri farmasi tanah air mengingat ketatnya regulasi serta pasar yang sangat kompetitif di Eropa. Pengiriman perdana ke Eropa ini juga mengubah paradigma lama di kalangan industri farmasi lokal.

"Selama ini, industri farmasi generik Indonesia terkungkung paradigma bahwa persyaratan regulasi di Eropa sophisticated dan jauh dari jangkauan kompetensi pabrik Indonesia. Selain itu, industri farmasi Indonesia dianggap tidak memiliki basis industri bahan baku dan tak mungkin mampu bersaing," jelasnya.

Pada kenyataannya, kata Djoko, industri farmasi Indonesia memiliki potensi besar untuk bersaing dan memenuhi kualitas yang disyaratkan Eropa. Ini telah dibuktikan Ferron yang menembus pasar Inggris untuk pertamakalinya setelah mendapatkan sertifikasi GMP (Good Manufacturing Practices) dari Badan Pengawas Obat Inggris (United Kingdom-Medicine and Healthcare Products Regulatrory Agency/UK-MHRA) pada Maret lalu.

Sertifikasi GMP diberikan kepada perusahaan farmasi yang telah melalui inspeksi ketat standar UK-GMP. Perusahaan farmasi yang telah mendapatkan sertifikasi dari UK-GMP, memenuhi syarat untuk memproduksi produk-produknya dan memasarkan serta mendistribusikannya di wilayah Inggris (UK) dan negara-negara Persekutuan Eropa (EU).

"Pengakuan dari MHRA sangat penting karena akan membuka pintu pasar ekspor ke negara-negara Uni Eropa lainnya. Kebetulan, Inggris memiliki arti strategis bagi bisnis generik di regulated market pada umumnya dan Eropa pada khususnya," tambah Doko.

Terbitnya sertifikat ini merupakan buah kerja keras Ferron selama tiga tahun lebih untuk mamahami syarat-syarat yang diperlukan masuk pasar Eropa. Ke depan, PT Ferron Par Pharmaceuticals akan mengembangkan tiga produk obat generik lainnya yang juga ditujukan untuk pasar Eropa. Dengan langkah yang telah dirintis Ferron diharapkan industri farmasi Indonesia lainnya akan mengikuti dan membentuk kepercayaan internasional kepada industri farmasi di Indonesia.

Jembatan Baduy Antara Sri Baduga dan Tegallega


Bandung - Apa jadinya jika ada jembatan penghubung antara museum Sri Baduga dan Lapangan Tegallega? Ini rencana jangka panjang yang akan dibangun pengelola museum Sri Baduga.

Dituturkan Kepala Museum Sri Baduga Wawan Ridwan didampingi Kasi Perlindungan Nita Julianita, pembangunan jembatan penghubung antara museum Sri Baduga dan Lapangan Tegallega merupakan rencana jangka panjang.

"Konsep jembatannya seperti jembatan di suku Baduy," jelas Wawan.

Menurut Wawan, dengan adanya jembatan tersebut agar pengunjung yang sedang ada di Taman Tegallega bisa langsung ke museum begitu juga sebaliknya.

Nantinya sebagian replika-replika dari artefak-artefak daerah Jabar akan diletakkan di Taman Tegallega dengan elemen estetika.

Selain itu, zebra cross yang menghubungkan museum Sri Baduga dan Taman Tegallega juga akan dicat dengan warna berbeda.

Mengenai rencana tersebut, Wawan belum bisa memastikan kapan rencana tersebut akan terealisasi. "Rencana itu baru digodok di internal saja," ungkapnya.

Wawan menegaskan, perencanaan ini bukan hal yang ringan karena membutuhan kerjasama pemerintah kota dan pemerintah provinsi.(ema/ern)

Kontingen Garuda (Konga) XXIII-B Mengarumkan nama bangsa

Setelah seminggu lalu petembak Kontingen Garuda (Konga) XXIII-B meraih prestasi di peringkat ke-2 dalam Turnamen Menembak antar Kontingen di Sektor Timur UNIFIL, maka pada event yang sama namun pada match yang berbeda, petembak Indonesia lagi-lagi berhasil mengukir prestasi. Tidak tanggung-tanggung, kali ini peringkat ke-1 pada nomor yang dipertandingkan yaitu Rapid Fire berhasil direbut dan bahkan secara telak berhasil mengalahkan petembak Olimpiade dari salah satu negara peserta.

Peringkat nama-nama petembak yang masuk 5 besar ialah sebagai berikut : Peringkat ke-1 ditempati oleh Petembak Indonesia (Kopda Asribi), kemudian Petembak dari Spanyol (Kapten Cidoncha) di peringkat ke-2, selanjutnya disusul petembak dari Spanyol lagi (Kopral Carruchon) di peringkat ke-3. Di peringkat ke-4, ditempati petembak dari India (Sersan Naleem Singh). Dan di peringkat ke-5, Indonesia kembali berprestasi melalui Sertu Ambo Asse.

Turnamen Menembak ini digelar pada hari Minggu (10/2) bertempat di lapangan tembak Ebel Es Saqi, Marjayoun, Lebanon Selatan mempertandingkan Rapid Fire match (Tembak Cepat) sebagai kelanjutan pertandingan pada hari Minggu (3/2) yang lalu. Total tim yang ikut berlomba ialah 5 tim dari negara yang berbeda-beda yaitu : Spanyol, Polandia, India, Nepal dan Indonesia. Setiap tim terdiri dari 3 petembak dengan menggunakan senjata sesuai standar negara masing-masing yang termasuk jenis light infantry riffle (senapan infanteri) dengan kaliber 5,56 mm. Pada nomor tembak cepat ini, para petembak diadu dalam 3 posisi menembak yaitu tiarap, duduk/berlutut dan berdiri dimana setiap posisi hanya diberikan 20 butir peluru yang harus ditembakkan ke sasaran dalam waktu 1,5 menit (90 detik).

Kopda Asribi (Brigif Linud 3/Kostrad), Sertu Ambo Asse (Brigif Linud 3/Kostrad) dan Kopda Mar Cecep (Den Jaka/TNI AL) menjadi petembak Kontingen Indonesia yang beruntung dapat mengikuti event internasional ini. Mereka adalah petembak-petembak terbaik yang merupakan hasil seleksi seluruh prajurit Konga XXIII-B beberapa waktu yang lalu. Terbukti, walaupun Kontingen Spanyol menurunkan petembak spesialis nomor Rapid Fire yang merupakan langganan juara pada pertandingan menembak di antara negara-negara NATO, yaitu Kapten Cidoncha namun hal itu tidak secuilpun menciutkan nyali dan konsentrasi para petembak Konga XXIII-B. Dengan memakai senjata SS1 V1 dan munisi 5,56 mm produksi dalam negeri (PT.Pindad) skor yang diraih petembak Indonesia langsung memimpin dari sejak awal pertandingan.

Tanda-tanda kejayaan para petembak Kontingen Indonesia sebenarnya sudah terlihat pada saat tembakan uji coba sebelum pertandingan dimulai. Dari 2 kali pelaksanaan uji coba, petembak Indonesia selalu meraih skor tertinggi. Kontan hasil tersebut membuat gentar para petembak lawan. “Aroma” gentar ini sangat terasa sekali pada saat pertandingan berjalan. Buktinya, setiap kali selesai menembak maka para petembak dari negara lain itu bukannya menuju ke target/sasaran masing-masing melainkan malah berbondong-bondong melihat hasil perkenaan tembakan petembak Indonesia terlebih dahulu !

Mengomentari prestasi petembak Indonesia, Koordinator Turnamen Menembak yaitu Letnan Ferrero dari Spanyol beberapa kali menyatakan kekagumannya, ”Indonesian soldier is the best!”. Menurutnya, hasil yang diraih oleh para petembak Indonesia sungguh luar biasa karena pada minggu lalu hampir mengalahkan Kopral Miranda, petembak Olimpiade spesialis nomor accuracy shooting, sekarang malah dapat menggungguli Kapten Cidoncha, yang selain merupakan jawara menembak nomor Rapid Fire di tingkat NATO, ia bahkan adalah ”guru sekaligus instruktur menembak seluruh tentara Spanyol yang selama ini sulit dikalahkan”.

Dansatgas Yon Mekanis TNI Konga XXIII-B Letkol Inf A M Putranto, S.Sos yang mengikuti jalannya pertandingan dari sejak awal, seusai pengumuman peringkat pemenang menyampaikan terima kasih, penghargaan dan kebanggaannya serta mengucapkan selamat kepada para petembak, official dan unsur pendukung lainnya atas keberhasilan yang dicapai. Menurut Dansatgas, prestasi ini telah mengharumkan nama Satgas Konga XXIII-B, TNI, bahkan Indonesia di mata dunia Internasional dan membuat nama Indonesia akan diperhitungkan oleh kontingen negara lain di setiap event turnamen yang diselenggarakan pada waktu mendatang.

Ahirnya Rossi bisa tundukan sirkuit Laguna


Laguna Seca - Perfoma Casey Stoner di Laguna Seca sebelum balapan bikin Valentino Rossi mengaku untuk mengunggulinya mungkin diperlukan hal ekstrem. Tapi Rossi ternyata hanya butuh kelihaian.

Sesi latihan bebas pertama sampai ketiga MotoGP AS dituntaskan Stoner dengan jadi yang tercepat. Dominasi pembalap Ducati itu juga ditegaskan dengan meraih posisi pole.

Performa dahsyat Stoner menjelang balapan itu tak ayal bikin rivalnya ketar-ketir, apalagi performanya juga sedang menanjak dengan tiga rentetan kemenangan. "Untuk menghentikan Stoner, Anda harus menembaknya," tukas Rossi ketika itu, seperti dikutip situs MotoGP.

Pernyataan tersebut tentu diceploskan The Doctor dengan setengah berkelakar. Tak jauh beda seperti jawabannya ketika ditanya tentang strategi untuk melibas Stoner. "Start 30 detik lebih dulu dari dia."

Akan tetapi Rossi ternyata tak butuh senjata untuk menembak Stoner guna menang. Dia hanya perlu start bagus, kecerdikan, kelihaian dan ketenangan di atas motor.

Dalam balapan, Senin (21/7/2008) dinihari WIB, Rossi mengawali dengan amat baik. Untuk pembalap Yamaha berusia 29 tahun tersebut, ini luar biasa positif karena belakangan dia tak mampu melakukan start dengan meyakinkan.

Praktis selepasnya, Stoner dan Rossi langsung saling berjibaku. Pada lap ke-3 keduanya bahkan silih berganti memimpin balapan dengan sengit --tercatat ada enam kali pergantian posisi di antara keduanya, hanya dalam satu lap itu.

Dalam pertarungan itu, Power bawaan Desmosedici GP8 tunggangan Stoner bisa jadi relatif lebih mumpuni dibandingkan YZR-M1 milik Rossi. Tapi itu bisa ditutupi Rossi dengan menjalani balapan secara cerdik dan lihai.

Untuk mengejar, Rossi tak terburu-buru menekan gas tapi senantiasa bisa memaksimalkan celah sempit. Dalam menjaga posisi, antisipasinya pun acap jitu. Sebaliknya Stoner justru terlihat kurang tenang dan beberapa kali seperti terlalu bernafsu. Dampaknya, dia kerap melebar dalam membelok.

Padahal dengan ketatnya pertarungan, faktor ketenangan yang lahir dari pengalaman tak jarang berperan penting. Dalam aspek ini Rossi relatif lebih unggul --setidaknya di kelas 500cc/MotoGP, di mana Rossi sudah berkecimpung sejak tahun 2000 sedangkan Stoner baru menjalani musim ketiganya.

Pada akhirnya, kekalahan Stoner pun tak lepas dari ketidaktenangannya itu. Delapan lap tersisa, pembalap berusia 22 tahun tersebut terlalu melebar ke luar dalam membelok dan akhirnya tersungkur masuk ke gravel.

"Kesalahan yang saya lakukan di lebih dari separuh balapan adalah benar-benar kesalahan saya: saya terlalu melebar dan kehilangan kendali bagian depan saat sedang mencoba kembali ke lintasan. Sudah game over setelah itu," sesal dia.

Balapan pun akhirnya tuntas dengan Rossi keluar jadi juara untuk kali pertama di Laguna Seca.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Topik Populer Bulan ini