Blog ini menyajikan berita terhangat baik dari dalam negeri maupun dali luar negeri.
5 Posting Terbaru
Senin, 18 Februari 2008
Nasib Teater Sunda Tak Berkembang Warga Jawabarat Tak Peduli
Apresiasi masyarakat Jabar terhadap teater Sunda (berbahasa Sunda), masih sangat kurang, sekalipun jumlah teater di Jabar tiap tahun bertambah. Hal itu dikatakan sesepuh dan budayawan Jabar, H. Uu Rukmana, usai pembukaan "Festival Drama Basa Sunda (FDBS) X/2008" Teater Sunda Kiwari (TSK) di Gedung Kesenian Rumentangsiang Bandung, Senin (11/2).
Kurangnya apresiasi masyarakat Jabar terhadap teater Sunda, ujar Uu, dikarenakan kehidupan teater Sunda sempat terputus selama puluhan tahun. Selain itu, belum ada gedung pertunjukan yang representatif untuk penyelenggaraan teater Sunda di Jabar, khususnya di Kota Bandung. Tidak seperti masyarakat di Bali dan Eropa, yang menjadikan teater sebagai tontonan setiap hari,papar Uu Rukmana..
Dikatakan Uu, terakhir teater Sunda masih digemari masyarakat Jabar, sekitar tahun 1955-1964. Namun pada 1965, teater Sunda tidak bisa berkembang karena banyak teater Sunda dan gedung kesenian yang diobrak-abrik PKI.
Sejak saat itu, teater Sunda tidak berkembang sehingga tidak dikenali masyarakat Jabar. Beruntung pada 1975 berdiri TSK, yang menghidupkan kembali teater Sunda di Jabar. Bahkan, sejak 1988 TSK terus menggelar festival drama basa Sunda, yang setiap tahun jumlah pesertanya terus meningkat, tegas Uu Rukmana.
Namun TSK melakukan itu tanpa bantuan dan perhatian dari pemerintah. Padahal, pemerintah telah mengeluarkan Perda No. 5 dan Perda No. 7/2003 tentang pelestarian dan pengembangan bahasa, sastra, dan aksara Sunda. Namun implementasi perda tersebut, baik dari Pemprov Jabar maupun DPRD Jabar, tidak terbukti di lapangan.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jabar, H.I. Budhyana menyebutkan, kurangnya apresiasi masyarakat terhadap teater Sunda, karena kemasan pergelarannya kurang menarik. Selain itu, tema atau judul pergelaran pun tidak mengangkat hal-hal yang aktual dan faktual, serta tidak kreatif.
"Saya melihat, judul atau tema yang diangkat masih seputar cerita yang dulu, bukan yang aktual," ujarnya.
Sementara itu, pupuhu TSK, Dadi P. Danusubrata menyebutkan, tahun ini penyelenggaraan FDBS merupakan yang ke-10 kali dan diikuti 71 grup teater se-Jabar, Yogyakarta, dan DKI Jakarta. Disebutkan, ada enam naskah yang bisa dipilih para peserta, seperti "Jeblog", "Badog", "Randu Jalaprang", "Akalna Si Apin", "Karikatur Nu Gelo", dan "Rorongo".
Dadi menambahkan dari jumlah peserta tersebut, 24 grup mengambil naskah 'Rorongo', 14 grup mengambil naskah 'Badog', 'Karikatur Nu Gelo' 11 grup, 'Jeblog' 9 grup, 'Akalna Si Apin' 4 grup, dan 'Randu Jalaprang' 3 grup. Sementara FDBS sendiri berlangsung dari 11 Februari sampai 1 Maret di GK Rumentangsiang Bandung. sumber MGT Radio
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Topik Populer Bulan ini
-
Kemarin Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) berjanji segera menertibkan topeng monyet jalanan yang selama ini dimanfaatkan orang-orang...
-
Benda terbang yang tak dikenal (UFO) selalu menampakkan diri di tempat yang tak pernah diperkirakan. Seperti halnya, seorang penduduk yang m...
-
Para designer Jepang memang sangat kreatif dalam menciptakan design untuk para gadis dan abg agar tampil lebih seksi, menggiurkan dan...
-
Sebagai sebuah negara yang besar dan kaya raya, Indonesia di mata dunia lebih dikenal bukan karena prestasi yang membanggakan, melainkan ka...
-
Dengan teknologi terkini, foto hitam putih Titanic diberi warna oleh fotografer Rusia bernama Anton Logvynenko.
-
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku sempat mempertimbangkan usulan atau pemikiran untuk memindahkan Ibu Kota dari Jakarta. Terl...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar