Anti-Semit,
atau sikap anti-Yahudi tengah menimpa bangsa Yahudi. Secara serentak,
masyarakat dunia menyatakan penolakan terhadap bangsa yang satu ini.
Krisis ekonomi global turut pula mempengaruhi, bahkan Yahudi dituding sebagai penyebab semua kekacauan yang ada sekarang ini.
Dari segala hujatan dan penolakan itu, Yahudi kembali menggunakan lagu lama untuk membela dirinya; Holocaust. Apa itu Holocaust?
Holocaust adalah peristiwa pemusnahan hampir seluruh Yahudi Eropa oleh
Nazi Jerman dan kelompoknya selama Perang Dunia II. Orang Yahudi sering
menyebut peristiwa ini sebagai Shoah, istilah Ibrani yang berarti
malapetaka atau bencana hebat. Holocaust sendiri berasal dari bahasa
Yunani, holo yang artinya seluruh, dan caustosyang berarti terbakar.
Secara asal, holocaust artinya adalah persembahan api atau pengorbanan
religius dengan pembakaran. Konon, Nazi Jerman dipercaya telah
memusnahkan sekitar 5,6 sampai 5,9 juta orang Yahudi, setidaknya angka
inilah yang selalu didengung-dengungkan dan dikampanyekan oleh Yahudi.
Holocaust tidak lepas dari kebencian Jerman kepada Yahudi. Perang Dunia
I (PD I) menyisakan Jerman sebagai pecundang, dan Jerman tanpa tedeng
aling-aling menyebut Yahudi sebagai pengkhianat yang membuat negara
Bavarian itu hancur. Hal itu diperkuat dengan kejadian pada akhir PD I,
sekelompok Yahudi mengobarkan revolusi ala Bolshevik Soviet di negara
bagian Jerman, Bavaria.
Kontan, Yahudi dianggap sebagai bangsa yang berbahaya. Ketika Nazi naik
panggung politik, kebijakan yang menekan Yahudi pun diterapkan.
Hak-hak Yahudi dicabut, harta benda mereka disita, rencana untuk
mengusir mereka keluar Jerman dirancang, sampai, konon, pemusnahan
fisik yang berarti pembantaian.
Musim semi 1941, Nazi mulai membantai Yahudi di Uni Soviet yang dianggap sebagai sumber hidup Bolshevisme.
Orang Yahudi disuruh menggali lubang kubur mereka sendiri, kemudian
ditembak mati. Musim gugur tahun yang sama, Nazi meluaskan pembantaian
ke Polandia dan Serbia.
Kamp pembantaian untuk Yahudi mulai dibangun di Auschwitz, Dachau,
Bergen-Belsen. Kamp itu dilengkapi kamar gas dan tungku besar. Mereka
menggunakan kamar gas untuk membunuh orang Yahudi. Beberapa orang
Yahudi dimasukkan ke dalam kamar gas, kemudian gas Zyklon-B, sebuah gas
pestisida berbahan dasar asam hidrosianik, dialirkan.
Tapi apa memang seperti itu? Pada 1964, Paul Rassinier, korban
holocaust yang selamat, menerbitkan The Drama of European Jews yang
mempertanyakan apa yang diyakini dari Holocaust selama ini. Dalam
bukunya, ia mengklaim bahwa sebenarnya tak ada kebijakan pemusnahan
massal oleh Nazi terhadap Yahudi, tak ada kamar gas, dan jumlah korban
tidak sebesar itu.
Arthur Butz menulis The Hoax of the 20th Century: The case against the
presumed extermination of European Jewry pada 1976. Ia mengklaim bahwa
gas Zyklon-B tidak digunakan untuk membunuh orang tapi untuk proses
penghilangan bakteri pada pakaian.
Winston Churchill menulis 6 jilid karya monumentalnya,The Second World
War, tanpa menyebut tentang program Nazi untuk membantai orang Yahudi.
Eisenhower menulir memoarnya, Crusade in Europe, juga tak menyebut
tentang kamar gas.
Mengenai kematian massal di Auschwitz, Robert Faurisson, profesor
literatur di University of Lyons 2 mengklaim tipus-lah yang membunuh
para tawanan itu, sama sekali bukan kamar gas. Seorang ahli konstruksi
dan instalasi alat eksekusi dari AS, Fred Leuchter, pergi ke Auschwitz
dan mengadakan penyelidikan serta tes di tempat itu.
Kesimpulannya adalah kamar gas di Auschwitz tidak mungkin digunakan
untuk membunuh orang. Setelah orang-orang ini mempertanyakan kebenaran
holocaust, gelombang kritisasi dan penyangkalan terhadap apa yang
terjadi di holocaust mulai bangkit. Mereka yang meragukan kebenaran
holocaust ini menyebut dirinya sebagai revisionis.
Memang betul, Nazi memperlakukan Yahudi demikian buruk, kejam, dan
bengis. Nazi pernah memberlakukan pencabutan hak-hak Yahudi, penawanan
di ghetto, kerja paksa, penyitaan harta benda dan deportasi dari
Jerman.
Namun, sampai saat ini, tak pernah ditemukan satupun dokumen atau
masterplan tentang pemusnahan Yahudi di Eropa. Satu lagi, Jerman juga
dengan secara tegas menyatakan bahwa jumlah 5,9 atau 6 juta korban
merupakan kebohongan.
Kamar gas memang ditemukan di Auschwitz. Namun, para revisionis
mengklaim bahwa kamar gas beserta Zyklon-B tidak mungkin digunakan
untuk eksekusi manusia, melainkan untuk pengasapan pakaian agar
bakteri-bakteri di pakaian mati. Dari prosedur kesehatan inilah, mitos
pembunuhan dengan kamar gas muncul.
Museum Auschwitz, museum tentang holocaust, selama 50 tahun mengklaim
bahwa 4 juta manusia dibunuh di sana. Sekarang mereka malah mengklaim
mungkin hanya 1 juta korban. Revisi klaim ini pun tidak didukung oleh
dokumentasi 1 juta orang tersebut. Hal yang penting lagi adalah jika
memang ada pembunuhan massal di Polandia terhadap Yahudi tentu Palang
Merah, Paus, pemerintah sekutu, negara netral, pemimpin terkemuka waktu
itu akan tahu dan menyebutnya dan mengecamnya.
Yahudi tentu saja mengambil keuntungan dari kebohongan besar mereka
ini. Mereka yang merasa menjadi korban kemudian menuntut tanah
Palestina, terus meminta ganti rugi kepada Jerman, dan meminta dana
pembangunan dari negara lain, dan senantiasa memelihara isu Holocaust.
Tak pelak lagi, Israel selalu bersembunyi di balik Holocaust atas semua
aksi keji dan biadabnya.
Sumber : http://www.eramuslim.com
sayangnya sedemikian dokumen dan film dokumenter yang ada tidak membantah pembantaian ini. Kenapa ini anak-anaknya Pak Abraham (Ibrahim -red), berbantahan ? Ini orang Indonesia ikut-ikutan ha ha ha ;)
BalasHapus