Rabu, 20 Agustus 2008

Tips Wawancara - Berkelit dari Pertanyaan Sulit Saat Wawancara


Wawancara merupakan bagian dari proses seleksi karyawan yang sering membuat siapa pun yang menghadapinya ketar-ketir. Berbeda dengan proses lainnya yang mungkin masih bisa ditebak, wawancara kerja sama sekali tak terduga, terutama mengenai pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.

Namun, tak berarti Anda boleh menyerah begitu saja. Selama Anda melakukan persiapan matang, semuanya dapat diantisipasi. Seberapa pun mepetnya waktu Anda sebelum menghadapi wawancara kerja, tak ada alasan untuk tak menyiapkan diri dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan sulit. Pertanyaan apa saja yang dianggap sulit oleh sebagian besar pencari kerja dan bagaimana berkelitnya?

Pertanyaan Bersifat Pribadi
Pertanyaan yang menyangkut rahasia pribadi sangat sulit untuk dijawab. Sayangnya, pewawancara sering mengorek masalah yang bersifat pribadi, misalnya menayakan latar belakang Anda (orangtua, saudara, suami, anak, status, dan sebagainya). Terkadang, ada orang-orang yang tidak suka kehidupan pribadinya dikorek-korek.
Untuk merespon pertanyaan yang bersifat pribadi, Anda dapat memilih cara berikut:
- Menjawab langsung secara diplomatis dengan kesadaran bahwa pertanyaan tersebut tidak berhubungan langsung dengan pekerjaan/jabatan yang dilamar.
- Bertanya dulu tentang relevansi dari pertanyaan yang diajukan dengan jabatan yang dilamar. Setelah itu baru berikan jawaban yang tepat, sesuai konteksnya.

- Anda bisa menolak untuk menjawab jika dirasa sangat mengganggu privasi. Gunaka cara-cara halus dan diplomatis agar si penanya tak merasa dilecehkan.

Mengapa Anda meninggalkan perusahaan yang terakhir/ Mengapa Anda meninggalkan pekerjaan Anda yang sekarang? 
Ini adalah pertanyaan sulit yang harus Anda tangani secara efektif. Perlu Anda camkan, apa pun jawaban Anda terhadap pertanyaan ini, Anda tidak akan ditawari pekerjaan. Sebaliknya, jawaban yang terkesan negatif atau lemah mampu menyisihkan Anda dari persaingan. Membuat Anda harus keluar arena. 

Kalau Anda berhenti dari perusahaan kemarin tidak terlalu baik, berhati-hatilah menjawabnya. Cara terbaik adalah mengungkapkannya, namun berikan jawaban secara diplomatis. Kalau alasan Anda karena adanya perampingan di tubuh perusahaan, Anda dapat langsung menjawabnya dengan baik, singkat dan terus terang, sehingga kepindahan Anda terkesan tidak bersifat pribadi. 

Hindari jawaban emosional, seperti, “Saya sudah bete dengan perusahaan itu. Saya memilih berhenti karena saya sudah tidak tahan lagi dengan manajemennya.” Atau Anda menjawab,”Wajar saja saya minta berhenti, bosnya itu lho, aduh saya tidak cocok dengan beliau karena tidak capable banget sebagai atasan.”

Mengapa Kami Harus Merekrut Anda? 
Ini adalah kesempatan Anda untuk ‘menjual’ diri. Sebenarnya ini adalah alasan utama mengapa mereka perlu mewawancarai Anda. Untuk menyiasatinya, jawablah poin per poin tentang apa saja yang ingin Anda berikan pada mereka. Pastikan Anda mengatakannya dengan tepat mengapa mereka harus memberikan pekerjaan itu kepada Anda. 

Catatlah apa saja yang membuat Anda unik. Jangan lupa tambahkan potensi yang ada dalam diri Anda, yang akan membantu membedakan Anda dari semua calon lain. Hindari memberikan jawaban yang umum, seperti, “Saya ini pekerja keras dan punya motivas yang tinggi terhadap pekerjaan. Saya juga bisa bekerja di bawah tekanan.” Kedengarannya terlalu biasa. Berilah jawaban yang lebih spesifik apa yang bisa Anda berikan pada perusahaan. 

Anda bisa menjawab, ”Dengan keahlian dan pengalaman saya sekian tahun di perusahaan sejenis, dan pelatihan yang telah saya dapat bidang di bidang (sebutkan), saya yakin dapat dengan cepat memberi kontribusi yang dibutuhkan setiap anggota tim di divisi ini.”

 Mengapa Anda tertarik bekerja di perusahaan ini? 
Tujuan dari pertanyaan ini sebenarnya, mereka ingin tahu minat Anda bergabung di perusahaan tersebut dan apa yang membuat posisi itu begitu menarik perhatian Anda. Untuk dapat menjawab pertanyaan ini, dibutuhkan informasi sebanyak-banyaknya tentang perusahaan dan posisi tersebut. 

Cari tahu kabar terakhir perusahaan yang dituju. Jangan hanya menjawab “Ya, karena suka saja.” Karena itu menunjukkan secara jelas ketidaksiapan Anda. Untuk mengalihkan pertanyaan dan menunjukkan Anda benar-benar tertarik, Anda bisa mengajukan pertanyaan kepada si pewawancara, sehingga di mata mereka Anda terlihat lihai dan sungguh-sungguh berminat.

Apa kelemahan Anda? 
Anda boleh saja mengungkapkannya secara jujur, namun jelaskan juga bagaimanaa Anda memperbaiki kelemahan, sehingga jadi kelebihan. Kuncinya, mengangkat suatu kelemahan yang akan dirasakan sebagai kekuatan Anda. 

“Kelemahan saya adalah tidak bisa mengatakan tidak. Seberat apa pun tugas yang diberikan, meski dengan tenggat yang tidak realistis, saya tetap tidak bisa menolaknya. Padahal ini kurang baik karena membuat orang lain tidak disiplin pada jadwal. Mungkin karena saya menganggap ini adalah tantangan, jadi saya memilih mengambilnya.”

Apa kegagalan terbesar Anda? 
Pertanyaan ini bertujuan untuk mencari tahu mengapa hal itu penting, dan apa yang telah Anda pelajari dan capai dari kegagalan tersebut. Anda bisa mengungkapkan suatu kejadian di mana Anda telah berusaha sekuat tenaga, melakukan semuanya sesuai prosedur dan menunjukkan kreativitas Anda dalam mengambil keputusan, namun kegagalan itu tetap terjadi karena itu di luar kuasa Anda. 

Atau, Anda dapat mengidentifikasi sebuah situasi di mana pada awalnya Anda gagal, tapi pada akhirnya Anda menuai keberhasilan. Ketekunan dan kemampuan Anda dalam menyelesaikan persoalan akan terlihat, serta menempatkan Anda dalam posisi yang baik di depan pewawancara.

Berapa gaji yang Anda harapkan? 
Inilah bagian tersulit dari wawancara. Jangan menyebut angka yang terlalu tinggi karena membuat mereka mengangkat dahi. Namun, hindari menyebut angka yang terlalu rendah yang mengesankan Anda murahan. Untuk amannya, cari tahu standar gaji perusahaan sejenis. 

Anda boleh tidak langsung menyebutkan angka saat itu, namun mengatakan Anda akan bernegosiasi bila Anda yakin diterima di perusahaan tersebut. Kalaupun Anda ingin mengatakan, jangan menyebutkan angka pasti, melainkan kisarannya. Bila memungkinkan, sah-sah saja Anda bertanya balik pada si pewawancara, kira-kira dengan kemampuan Anda, berapa harga yang layak diberikan perusahaan untuk Anda. 

Sesulit apa pun pertanyaan yang diajukan, pasti akan terasa mudah kalau Anda mempersiapkan diri. Kalau Anda selalu punya jawaban untuk pertanyaan sulit, maka 80 persen keberhasilan berada di tangan Anda.



Sumber : Kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar