Jumat, 08 Februari 2008

Final LI Terancam Batal


JAKARTA Menteri Negara Pemuda dan Olah Raga (Menegpora) Adhyaksa Dault mengancam akan membatalkan pertandingan final Liga Djarum Indonesia 2007 jika tidak ada jaminan keamanan dari Polda Metro Jaya. Pertandingan final akan berlangsung antara PSMS dan Sriwijaya FC di Stadion Gelora Bung Karno Senayan Jakarta, Sabtu (9/2).

Penegasan itu disampaikan Adhyaksa di Jakarta, Kamis (7/2), sehubungan dengan tewasnya seorang anggota The Jakmania, pendukung Persija, Rabu (6/2) malam seusai pertandingan semifinal Persipura Jayapura lawan PSMS Medan dan menjelang pertandingan Sriwijaya FC lawan Persija Jakarta.

Menegpora mengatakan, dirinya sudah menghubungi Kapolda Metro Jaya Irjen Pol. Adang Firman untuk menanyakan kejelasan kasus kerusuhan yang terjadi hingga mengakibatkan korban jiwa. "Menurut Kapolda, pihak keamanan sudah mengerahkan sekitar 3.000 personel, sedangkan jumlah penonton sekitar 80.000 orang. Kejadian tewasnya seorang suporter itu terjadi di luar ring 3, sedangkan ring 1 dan 2 relatif bisa dikendalikan," ujar Adhyaksa.

Untuk partai final, Adhyaksa mengatakan, pihaknya masih menunggu pemberitahuan dari Polda Metro Jaya yang akan melakukan rapat dengan panpel. "Kalau mereka tidak siap untuk menjamin keamanan, pemerintah tidak akan mengizinkan pertandingan final digelar di Stadion Utama. Namun kalau siap, silakan pertandingan dilaksanakan," kata Adhyaksa.

Adhyaksa mengaku sangat prihatin dengan terjadinya kerusuhan yang bahkan mengakibatkan korban jiwa. "Sepak bola harusnya bisa menjadi industri yang bisa menguntungkan, tetapi ini sebaliknya, sepak bola malah menjadi biang keributan. Bahkan sekarang memakan korban jiwa. Ini harus menjadi bahan pelajaran bagi semua pihak agar tidak terjadi lagi peristiwa seperti ini," katanya.

Pada kesempatan tersebut, Adhyaksa juga akan melarang pelaksanaan pertandingan yang bersifat nasional di Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan Jakarta, baik itu Liga Indonesia maupun Copa Indonesia.

"Setelah final nanti (kalau tetap dilangsungkan) Stadion Utama Gelora Bung Karno tidak boleh lagi digunakan untuk pertandingan tingkat nasional, daerah maupun klub. Stadion hanya boleh dipergunakan untuk pertandingan internasional. Sayang kan dana sebesar Rp 90 miliar untuk membenahi stadion itu hancur akibat kerusuhan," katanya.

Dengan dilarangnya penggunaan Stadion Utama GBK untuk pertandingan sepak bola nasional, kata Adhyaksa, untuk kompetisi tahun depan yaitu Liga Super Indonesia (LSI) harus menggunakan kompetisi penuh dan tidak lagi menggunakan babak semifinal dan final.

"Jadi juaranya akan ditentukan dalam klasemen terakhir, siapa yang memiliki poin tertinggi. Dengan demikian, pertandingan tidak akan ada lagi di Stadion GBK. Laksanakan saja pertandingan di daerah-daerah, kan ada Stadion Jakabaring, Si Jalak Harupat, Manahan, dan lainnya. Jadi, tidak harus di Jakarta," ujarnya.

Dikeroyok

Ketua Umum The Jakmania, Danang Ismartani mengatakan, korban yang meninggal tercatat sebagai anggota Jakmania Korwil Ragunan bernama Fathul Mulyadin, warga Ciganjur Jakarta Selatan. "Dia tercatat sebagai anggota Jakmania, bahkan dia pernah menjadi koordinator wilayah Ragunan," ujar Danang.

Danang mengatakan, selain Fathul masih ada anggota The Jakmania lainnya yang mengalami cedera serius yaitu patah tulang tangan akibat dikeroyok oknum suporter Persipura. Selain itu, kata Danang, Usman yang juga anggota Jakmania mengalami patah tulang tangan.

"Dia datang ke stadion tidak berkelompok tetapi berdua dengan temannya, Ridwan. Ridwan bisa lari menghindar, sedangkan Fathul tidak bisa menghindar. Dia tertangkap dan dikeroyok suporter Persipura. Saya minta pihak kepolisian bisa segera mengusut kasus tersebut," katanya.

Menurut Danang, jenazah Fathul sudah dimakamkan Kamis (7/2) siang, setelah sempat dibawa ke RSCM.

Kerusuhan terjadi pada akhir pertandingan Persipura melawan PSMS. Saat itu, Persipura yang kalah dalam drama adu penalti diduga mendapat ejekan dari The Jakmania. Bahkan beberapa oknum The Jak yang berada di tribun paling atas di sektor 21, 22, dan 23 melemparkan botol plastik minuman mineral dan benda-benda lainnya ke tribun di bawahnya yang ditempati pendukung Persipura. Mendapat serangan, Persipura berusaha membalas, namun mereka kalah dalam jumlah orang.

Kejadian di dalam stadion bisa diredam aparat keamanan, namun di luar stadion, tepatnya di depan kantor PSSI, pendukung Persipura yang sudah tersulut emosinya, menyerang The Jakmania. Akibatnya, salah seorang The Jakmania, Usman mengalami patah tulang dan dibawa ke rumah sakit.

Peristiwa mengenaskan terjadi di luar kawasan stadion, tepatnya di pintu 1 Senayan dekat Hotel Century. Fathul dan Ridwan yang hendak masuk stadion untuk menyaksikan pertandingan Persija lawan Sriwijaya, berpapasan dengan suporter Persipura yang akan pulang. Pengeroyokan pun terjadi, Fathul tewas. (Pikiran Rakyat Online)***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar